MAU UMROH BERSAMA TRAVEL TERBAIK DI INDONESIA ALHIJAZ INDO WISATA..?

YOOK LANGSUNG WHATSAPP AJA KLIK DISINI 811-1341-212
 

travel umroh jakarta

Setiap jamaah yang berangkat umroh atau haji khusus Call/Wa. 08111-34-1212 pasti menginginkan perjalanan ibadah haji plus atau umrohnya bisa terlaksana dengan lancar, nyaman dan aman sehingga menjadi mabrur. Demi mewujudkan kami sangat memahami keinginan para jamaah sehingga merancang program haji onh plus dan umroh dengan tepat. Jika anda ingin melaksanakan Umrah dan Haji dengan tidak dihantui rasa was-was dan serta ketidakpastian, maka Alhijaz Indowisata Travel adalah solusi sebagai biro perjalanan anda yang terbaik dan terpercaya.?agenda umroh 12 hari

Biro Perjalanan Haji dan Umrah yang memfokuskan diri sebagai biro perjalanan yang bisa menjadi sahabat perjalanan ibadah Anda, yang sudah sangat berpengalaman dan dipercaya sejak tahun 2010, mengantarkan tamu Allah minimal 5 kali dalam sebulan ke tanah suci tanpa ada permasalahan. Paket yang tersedia sangat beragam mulai paket umroh 9 hari, 12 hari, umroh wisata muslim turki, dubai, aqso. Biaya umroh murah yang sudah menggunakan rupiah sehingga jamaah tidak perlu repot dengan nilai tukar kurs asing. travel haji Cirebon

saco-indonesia.com, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tengah menggagas konsep Mass Rapid Transit (MRT) atau konsep angkutan massal berbasis kereta dalam kota. MRT yang berbentuk monorel dan trem itu, dinilai paling efektif untuk bisa mengatasi kemacetan. MRT juga akan membelah kawasan timur dan barat di Kota Pahlawan.

Untuk bisa merealisasikan konsep itu, puluhan investor, baik dari dalam maupun luar negeri, telah didatangkan khusus ke Kota Pahlawan untuk bisa mendengarkan langsung paparan mengenai konsep MRT. Dan hari ini (18/12), mereka akan dijadwalkan meninjau lokasi yang akan digunakan untuk MRT.

Menurut Tri Rismaharini, paparan yang telah disampaikan tim promotor dilakukan pada Selasa malam di Hotel Majapahit. Hal tersebut sebagai proses awal dari realisasi pembuatan MRT. "Bagi investor yang tertarik, bisa langsung menawarkan investasi secara mandiri atau pun konsorsium," kata Risma.

Setelah itu, lanjut Risma, proses berlanjut pada prakualifikasi lelang, lelang, dan beauty contest. "Dalam proses beauty contest, para investor telah menawarkan konsep terbaik proyek MRT yang akan dilakukan, termasuk berapa harga yang paling ideal dan murah bagi warga Surabaya."

Wali kota kelahiran Kediri itu juga melanjutkan, tawaran konsep dari investor akan dinilai dari berbagai sudut pandang, seperti teknik mesin, manajemen usaha, dampak lingkungan, hingga sisi anggaran dari kalangan pemerintah. "Semuanya akan dinilai langsung oleh tim yang kita bentuk," katanya.

Risma juga berharap, di akhir masa jabatannya nanti, yaitu pada tahun 2015 mendatang, MRT yang berbentuk monorel dan trem itu akan beroperasi secara efektif. "MRT ini juga dinilai paling efektif untuk bisa mengatasi kemacetan di Kota Surabaya. Nantinya, MRT juga akan membelah kawasan Surabaya menjadi kawasan timur dan barat," papar dia.

Meski begitu, alumnus Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS) itu juga menjanjikan, pembangunan MRT di Kota Pahlawan ini, tidak akan menghilangkan angkot yang selama ini sudah lebih dulu eksis.

Angkot, kata dia, akan difungsikan sebagai angkutan pengumpan trem dan monorel. "Kami juga tidak berencana membunuh mata pencaharian sopir angkot, justru kami juga akan melakukan peremajaan angkot," janji Risma.


Editor : Dian Sukmawati

WALIKOTA RISMA AKAN GAGAS MRT MEMBELAH SURABAYA
Photo
 
Many bodies prepared for cremation last week in Kathmandu were of young men from Gongabu, a common stopover for Nepali migrant workers headed overseas. Credit Daniel Berehulak for The New York Times

KATHMANDU, Nepal — When the dense pillar of smoke from cremations by the Bagmati River was thinning late last week, the bodies were all coming from Gongabu, a common stopover for Nepali migrant workers headed overseas, and they were all of young men.

Hindu custom dictates that funeral pyres should be lighted by the oldest son of the deceased, but these men were too young to have sons, so they were burned by their brothers or fathers. Sukla Lal, a maize farmer, made a 14-hour journey by bus to retrieve the body of his 19-year-old son, who had been on his way to the Persian Gulf to work as a laborer.

“He wanted to live in the countryside, but he was compelled to leave by poverty,” Mr. Lal said, gazing ahead steadily as his son’s remains smoldered. “He told me, ‘You can live on your land, and I will come up with money, and we will have a happy family.’ ”

Weeks will pass before the authorities can give a complete accounting of who died in the April 25 earthquake, but it is already clear that Nepal cannot afford the losses. The countryside was largely stripped of its healthy young men even before the quake, as they migrated in great waves — 1,500 a day by some estimates — to work as laborers in India, Malaysia or one of the gulf nations, leaving many small communities populated only by elderly parents, women and children. Economists say that at some times of the year, one-quarter of Nepal’s population is working outside the country.

Nepal’s Young Men, Lost to Migration, Then a Quake

Artikel lainnya »