Setiap jamaah yang berangkat umroh atau haji khusus Call/Wa. 08111-34-1212 pasti menginginkan perjalanan ibadah haji plus atau umrohnya bisa terlaksana dengan lancar, nyaman dan aman sehingga menjadi mabrur. Demi mewujudkan kami sangat memahami keinginan para jamaah sehingga merancang program haji onh plus dan umroh dengan tepat. Jika anda ingin melaksanakan Umrah dan Haji dengan tidak dihantui rasa was-was dan serta ketidakpastian, maka Alhijaz Indowisata Travel adalah solusi sebagai biro perjalanan anda yang terbaik dan terpercaya.?agenda umroh 12 hari
Biro Perjalanan Haji dan Umrah yang memfokuskan diri sebagai biro perjalanan yang bisa menjadi sahabat perjalanan ibadah Anda, yang sudah sangat berpengalaman dan dipercaya sejak tahun 2010, mengantarkan tamu Allah minimal 5 kali dalam sebulan ke tanah suci tanpa ada permasalahan. Paket yang tersedia sangat beragam mulai paket umroh 9 hari, 12 hari, umroh wisata muslim turki, dubai, aqso. Biaya umroh murah yang sudah menggunakan rupiah sehingga jamaah tidak perlu repot dengan nilai tukar kurs asing. promo umroh desember di Bekasi Timur
KATA KATA BIJAK MOTIVASI KERJA
Orang yang ingin bergembira harus menyukai kelelahan akibat bekerja.
Janganlah engkau berteman dengan orang jahat karena sifatmu akan mencuri sifatnya tanpa engkau sadari.
Plato berkata ,”Orang yang berilmu mengetahi orang yang bodoh karena dia pernah bodoh,sedangkan orang yang bodoh tidak mengetahui orang yang berilmu karena dia tidak pernah berilmu”.
Budi pekerti yang tinggi adalah rasa malu terhadap diri sendiri.
Plato di Tanya ,”Bagaimana caranya agar seseorang biasa hidup dengan tenang?”. Dia menjawab ,” Jika orang itutidak melakukan kejahatan dan tidak beredih akan sesuatu yang di alaminya,maka dia tentu akan merasa tenang”.
Kerendahan seseorang di ketahui melalui dua hal : banyak berbicara tentang hal-hal yang tidak berguna,dan bercerita padahal tidak di tanya.
Jangan terlalu banyak mengenal orang .sebab, kalian lebih sering di sakiti oleh orang yang kalian kenal,sedangkan orang yang tidak kalian kenal nyaris tidak dapat menyakiti kalian.
Jangan terburu buru nanti akan berakibat malu, haraplah sabar biar jangan dikatakan orang bar bar
Motivasi adalah kekuatan untuk terus maju menerjang semua rintangan yg ada tuk meraih apa yg kita inginkan
Jauh lebih lega jika kamu telah jujur mengungkapkan rasa kepada dia yg kamu cinta daripada memendamnya dalam hati.
Kemampuan terbaikku adalah cara berpikirku. Kemampuan terbaikmu adalah cara berpikirmu
Ketika kamu menuliskan kekesalan, ketika itu; kamu hanya akan membuat dirimu mengesalkan
Tidak perlu berusaha tuk menjadi oranglain. Sebab, kamu adalah istimewa, dan lebih baik dari mereka
Kekurangan ialah kelebihan yang tertutupi. Tidak ada yg perlu ditutup, tetapi cukup membukanya
Akan lebih baik jika mengatakan “Aku akan berusaha selalu”, daripada “Aku akan selalu”
Kasih yang ditabur kepada sesama, kelak akan membuahkan kebahagiaan
Dosa kita kepada yang Maha Kuasa hanya taubat jawabannya, dosa kita kepada sesama berminta maaf penawarnya
Dalam duka pasti ada suka. Jangan menyerah; karena dengan putus asa kita tidak lebih dari pecundang
ketika seseorang melukaimu, janganlah bersedih Karena Tuhan selalu menitipkan penyembuh buatmu
Mereka yang menyambut tantangan, adalah mereka yang memberi ruang pada impian tuk menjadi kenyataan
Jangan rendahkan dirimu untuk mendapatkan sesuatu, tapi rendahkan hatimu untuk berikan sesuatu
Secara tidak sadar, seseorang yang menyakitimu hanya akan membuatmu semakin kuat!
Seseorang menangis, bukan karena ia lemah. tetapi karena dia sudah terlalu lama KUAT.
Kamu adalah seorang yang istimewa. Kamu hanya tidak menyadarinya, atau mungkin belum menyadarinya
Seorang yang cerdik adalah dia yang memanfaatkan setiap peluang yang ada
Mereka yang menyambut tantangan, adalah mereka yang memberi ruang pada impian tuk menjadi kenyataan
sakit dlm perjuangan itu hanya sementara. bisa semenit/setahun. namun jika menyerah rasa sakit itu akan terasa selamanya.
Jangan remehkan hal-hal sepele. Sebab, dari sinilah hal-hal besar biasanya terwujud
Hidup menawarkan begitu banyak pilihan. Pilih serta jalani yang terbaik, dan menjadi seorang pemenang!
Tegap langkahmu dalam mengahadi kerasnya kehidupan tidaklah cukup tanpa disertai tegapnya iman
Kebohongan hanyalah ketenangan sesaat. Dan bila tidak diselesaikan, akan menjadi kegelisahan seumur hidup
Secara tidak sadar, dengan kejujuran; kamu telah menyelamatkan dirimu sendiri
Menyelesaikan permasalahan dengan emosi/kemarahan hanya akan menimbulkan permasalahan lainnya
Sebab, setiap perbuatan baik akan ada ganjarannya. Biarkan sang waktu yang menjawab
mengapa harus marah, ketika ruang “MAAFKAN” masih tersedia?
Taburlah sebanyak mungkin kebaikan. Sebab, buahnya akan sangat mendamaikan
Jangan katakan sulit. Ketahuilah; tidak ada yang sulit bila dikerjakan dengan sepenuh hati
Peluh yang menetes ketika kau mencari nafkah, akan terbayar dengan nikmat dan berkah yang kau makan
Tak perlu banyak kata utk menunjukan kau peduli, karena trkadang diam-mu adl cara trbaik u/ mnunjukan kepedulianmu.
Jangan berusaha/mengerjakan sesuatu dengan setengah hati, karena hasil yang kamu dapat juga hanya setengahnya.
Jangan lelah untuk mencari ilmu karena segala sesuatu di dunia ini perlu ilmu, jika tak ada ilmu maka kita sama saja dengan orang mati, tak akan bisa berbuat apa-apa
Datangilah sahabatmu di saat dia susah dan lenyaplah di saat dia bahagia, karena sesungguhnya kamulah yang akan diingat di saat dia sedang susah di saat kamu membantunya
Sesungguhnya di saat kesusahan teman, satu senyum yang tulus lebih berharga daripada sejuta kata yang tiada guna.
Sesungguhnya masih banyak orang di dunia yang lebih susah dari kita, maka hentikanlah segala keluhan kita dan bersyukur terhadap apa yang kita punya.
Berusaha untuk selalu berfikir positif dan optimis dalam semua kesulitan ,Jangan terobsesi pada pengalaman masa lalu atau masa depan, tapi tataplah masa kini. Masa lalu sudah lewat, tak akan kembali lagi, masa depan itu belum terjadi jadi kita tak tahu apa yang terjadi dan akhirnya hanya berangan berharap sesuatu, tapi di masa kinilah, kita harus menentukan dan membuat keputusan terhadap diri kita.
Berfikir positif dan optimis terlihat seperti kalimat puisi yang sepele, tapi sdarilah ini sangat penting dalam peran anda mengambil keputusan yang akan menentukan kesuksesan atau kehancuran
Bercerminlah dari kesalahan orang lain, selain dari kesalahan diri kita sendiri,bercermin pada kesalahan diri sendiri supaya tidak terjatuh pada lubang yang sama, dan dengan bercermin dari kesalahan orang, maka akan lebih memacu kita agar kesalahan itu tidak menimpa kita.
Jujurlah meskipun kejujuran itu membawa kita ke neraka.
Tidak akan keadilan bisa ditegakkan selama kita masih acuh terhadap hukum yang ada dan mementingkan kepentingan pribadi.
Jika kamu mencintai seseorang, cintailah dia apa adanya, bukan karena kamu ingin dia menjadi seperti yang kamu inginkan, karena sesungguhnya kamu hanya mencintai cerminan diri kamu pada dirinya.
Bermimpilah akan sesuatu dan jadikanlah mimpimu itu kenyataan, sesungguhnya tak akan ada dunia ini jika tak ada yang bermimpi
Jika kamu gagal mendapatkan sesuatu, hanya satu hal yang harus kamu lakukan, coba lagi!!!!
Janganlah kamu mencintai seseorang karena paras/wajahnya, hartanya dan jabatannya, tapi cintai karena kebaikan dan ketulusan hatinya karena diantara itu semua, hanya kebaikan dan ketulusan hatinya yang tetap abadi.
Langkah yang bijak akan senantiasa membawa hidup anda ke jalan yang tenang dan bahagia dalam menggapai cita – cita
How Some Men Fake an 80-Hour Workweek, and Why It Matters
Imagine an elite professional services firm with a high-performing, workaholic culture. Everyone is expected to turn on a dime to serve a client, travel at a moment’s notice, and be available pretty much every evening and weekend. It can make for a grueling work life, but at the highest levels of accounting, law, investment banking and consulting firms, it is just the way things are.
Except for one dirty little secret: Some of the people ostensibly turning in those 80- or 90-hour workweeks, particularly men, may just be faking it.
Many of them were, at least, at one elite consulting firm studied by Erin Reid, a professor at Boston University’s Questrom School of Business. It’s impossible to know if what she learned at that unidentified consulting firm applies across the world of work more broadly. But her research, published in the academic journal Organization Science, offers a way to understand how the professional world differs between men and women, and some of the ways a hard-charging culture that emphasizes long hours above all can make some companies worse off.
Ms. Reid interviewed more than 100 people in the American offices of a global consulting firm and had access to performance reviews and internal human resources documents. At the firm there was a strong culture around long hours and responding to clients promptly.
“When the client needs me to be somewhere, I just have to be there,” said one of the consultants Ms. Reid interviewed. “And if you can’t be there, it’s probably because you’ve got another client meeting at the same time. You know it’s tough to say I can’t be there because my son had a Cub Scout meeting.”
Some people fully embraced this culture and put in the long hours, and they tended to be top performers. Others openly pushed back against it, insisting upon lighter and more flexible work hours, or less travel; they were punished in their performance reviews.
The third group is most interesting. Some 31 percent of the men and 11 percent of the women whose records Ms. Reid examined managed to achieve the benefits of a more moderate work schedule without explicitly asking for it.
They made an effort to line up clients who were local, reducing the need for travel. When they skipped work to spend time with their children or spouse, they didn’t call attention to it. One team on which several members had small children agreed among themselves to cover for one another so that everyone could have more flexible hours.
A male junior manager described working to have repeat consulting engagements with a company near enough to his home that he could take care of it with day trips. “I try to head out by 5, get home at 5:30, have dinner, play with my daughter,” he said, adding that he generally kept weekend work down to two hours of catching up on email.
Despite the limited hours, he said: “I know what clients are expecting. So I deliver above that.” He received a high performance review and a promotion.
What is fascinating about the firm Ms. Reid studied is that these people, who in her terminology were “passing” as workaholics, received performance reviews that were as strong as their hyper-ambitious colleagues. For people who were good at faking it, there was no real damage done by their lighter workloads.
It calls to mind the episode of “Seinfeld” in which George Costanza leaves his car in the parking lot at Yankee Stadium, where he works, and gets a promotion because his boss sees the car and thinks he is getting to work earlier and staying later than anyone else. (The strategy goes awry for him, and is not recommended for any aspiring partners in a consulting firm.)
A second finding is that women, particularly those with young children, were much more likely to request greater flexibility through more formal means, such as returning from maternity leave with an explicitly reduced schedule. Men who requested a paternity leave seemed to be punished come review time, and so may have felt more need to take time to spend with their families through those unofficial methods.
The result of this is easy to see: Those specifically requesting a lighter workload, who were disproportionately women, suffered in their performance reviews; those who took a lighter workload more discreetly didn’t suffer. The maxim of “ask forgiveness, not permission” seemed to apply.
It would be dangerous to extrapolate too much from a study at one firm, but Ms. Reid said in an interview that since publishing a summary of her research in Harvard Business Review she has heard from people in a variety of industries describing the same dynamic.
High-octane professional service firms are that way for a reason, and no one would doubt that insane hours and lots of travel can be necessary if you’re a lawyer on the verge of a big trial, an accountant right before tax day or an investment banker advising on a huge merger.
But the fact that the consultants who quietly lightened their workload did just as well in their performance reviews as those who were truly working 80 or more hours a week suggests that in normal times, heavy workloads may be more about signaling devotion to a firm than really being more productive. The person working 80 hours isn’t necessarily serving clients any better than the person working 50.
In other words, maybe the real problem isn’t men faking greater devotion to their jobs. Maybe it’s that too many companies reward the wrong things, favoring the illusion of extraordinary effort over actual productivity.