MAU UMROH BERSAMA TRAVEL TERBAIK DI INDONESIA ALHIJAZ INDO WISTA..?

YOOK LANGSUNG WHATSAPP AJA KLIK DISINI 811-1341-212
 

umroh desember

Setiap jamaah yang berangkat umroh atau haji khusus Call/Wa. 08111-34-1212 pasti menginginkan perjalanan ibadah haji plus atau umrohnya bisa terlaksana dengan lancar, nyaman dan aman sehingga menjadi mabrur. Demi mewujudkan kami sangat memahami keinginan para jamaah sehingga merancang program haji onh plus dan umroh dengan tepat. Jika anda ingin melaksanakan Umrah dan Haji dengan tidak dihantui rasa was-was dan serta ketidakpastian, maka Alhijaz Indowisata Travel adalah solusi sebagai biro perjalanan anda yang terbaik dan terpercaya.?agenda umroh 12 hari

Biro Perjalanan Haji dan Umrah yang memfokuskan diri sebagai biro perjalanan yang bisa menjadi sahabat perjalanan ibadah Anda, yang sudah sangat berpengalaman dan dipercaya sejak tahun 2010, mengantarkan tamu Allah minimal 5 kali dalam sebulan ke tanah suci tanpa ada permasalahan. Paket yang tersedia sangat beragam mulai paket umroh 9 hari, 12 hari, umroh wisata muslim turki, dubai, aqso. Biaya umroh murah yang sudah menggunakan rupiah sehingga jamaah tidak perlu repot dengan nilai tukar kurs asing. biro haji plus di Bandung Barat

saco-indonesia.com,

Penanaman Grounding Road

Lakukan penggalian tanah ukuran 30x30 kedalaman 50cm
Pertama coba tancapkan grounding road tersebut apakah mudah atau susah ditancapkan.
Jika agak susah,buatkan  bentuk lubang dimana grounding rod tersebut akan ditanamkan.
Tuangkan air kedalam lubang tersebut hingga penuh
Tancapkan grounding rod tersebut kedalam lubang dan tekan secara pelan pelan hingga beberapa centimeter
Angkat sedikit grounding rod tersebut ,dan biarkan air turun kebawah
Tekan kembali grounding rod tersebut hingga beberapa centimeter dari kedalaman awal
Tuangkan kembali air kedalam lubang,lalu ulangi dengan menekan grounding rod.
Sepanjang anda tidak menemukan tanah yang keras atau tanah berbatu,
air juga akan membantu anda untuk dapat menggeser lumpur atau pasir di dalam tancapan hingga grounding roda tertancap sampai habis.
Lakukan hal tersebut secara berulang hingga grounding rod tersebut tertanam sampai habis

Jika anda telah mengalami kesulitan saat penancapan grounding road,
anda juga bisa menggunakan alat bantu berupa palu untuk dapat memukul ujung atas grounding road hingga tertancap semuanya,
atau bisa juga dengan menggunakan alat bantu stang pipa,
lakukan penjepitan stang pipa ke grounding road tersebut kemudian anda berdiri di stang pipa sambil menekan grounding road kebawah.
Untuk hal tertentu anda kemungkinan anda membutuhkan penanaman grounding road yang lebih dalam dari ukuran panjang grounding road misalnya sampai kedalamna 20m,
sehingga penancapan tidak bisa dilakukan lagi.
Anda juga dapat menggunakan cara dengan mengebor tanahnya lebih dahulu.
Anda juga bisa meminta tuakng bor untuk dapat melakukan pengeboran lobang dengan diameter +/-10 cm.
Setelah kedalaman yang telah dibutuhkan dapat tercapai,anda kemudian dapat menanamkan stick road ke dalamnya.
Sebelumnya lakukan pengikatan (soldering) antara grounding rod dengan kabel road.
Dengan menggunakan pipa besi (yang bisa disambung),lakukan pendorongan grounding road ke dalam lubang.
Anda juga bisa menandai jarak dari ujung grounding road dan kabel grounding untuk dapat memastikan penanaman kabel sudah sesuai dengan kedalaman yang diinginkan.
Cara Penyambungan Grounding Road dengan Kabel Grounding
Cara menghubungkan yang paling bagus antara grounding rod dengan kabel grounding adalah dengan sistim pengelasan dengan menggunakan alat Cadweld.
Setipa penyambungan harus dengan menggunakan bubuk mesiu standar,karena pemakaian bubuk mesiu akan dapat memepengaruhi kekuatan sambungannya.
Hal ini juga dilakuan untuk proses penyambungan antara kabel grounding dengan kabel grounding dan juga untuk penyambungan antara kabel grounding ke plate terminal grounding.
Sebelum welding dilakukan,seluruh permukaan yang akan diwelding harus dibersihkan dari kotoran.
Dicuci dengan bersih,kemudian digosok dengan sikat besi.
Permukaan tidak boleh dalam keadaan basah.
Proses welding juga harus dilakukan dengan benar,alat harus ditutup dengan rapat baru dilakukan pemantikan.
Ketika proses cadweld sudah selesai dilaksanakan,hasil welding juga harus diperiksa apakah sambungan sudah kuat atau belum.
Harus dipastikan hasil penyambungan tidak ada yang terlepas.
Bila ada ditemukan sambungan yang lepas  harus dilakukan welding kembali.
Cara lain yang bisa digunakan untuk proses penyambungan grounding rod dan kabel grounding dengan cara sederhana adalah dengan menggunakan clamp.
Dan ada juga yang menggunakan solder listrrik tapi,cara ini tidak terlalu menjamin pengikatan yang sempurna.
 

Editor : Dian Sukmawati

PENANAMAN GROUNDING ROAD

Hockey is not exactly known as a city game, but played on roller skates, it once held sway as the sport of choice in many New York neighborhoods.

“City kids had no rinks, no ice, but they would do anything to play hockey,” said Edward Moffett, former director of the Long Island City Y.M.C.A. Roller Hockey League, in Queens, whose games were played in city playgrounds going back to the 1940s.

From the 1960s through the 1980s, the league had more than 60 teams, he said. Players included the Mullen brothers of Hell’s Kitchen and Dan Dorion of Astoria, Queens, who would later play on ice for the National Hockey League.

One street legend from the heyday of New York roller hockey was Craig Allen, who lived in the Woodside Houses projects and became one of the city’s hardest hitters and top scorers.

“Craig was a warrior, one of the best roller hockey players in the city in the ’70s,” said Dave Garmendia, 60, a retired New York police officer who grew up playing with Mr. Allen. “His teammates loved him and his opponents feared him.”

Young Craig took up hockey on the streets of Queens in the 1960s, playing pickup games between sewer covers, wearing steel-wheeled skates clamped onto school shoes and using a roll of electrical tape as the puck.

His skill and ferocity drew attention, Mr. Garmendia said, but so did his skin color. He was black, in a sport made up almost entirely by white players.

“Roller hockey was a white kid’s game, plain and simple, but Craig broke the color barrier,” Mr. Garmendia said. “We used to say Craig did more for race relations than the N.A.A.C.P.”

Mr. Allen went on to coach and referee roller hockey in New York before moving several years ago to South Carolina. But he continued to organize an annual alumni game at Dutch Kills Playground in Long Island City, the same site that held the local championship games.

The reunion this year was on Saturday, but Mr. Allen never made it. On April 26, just before boarding the bus to New York, he died of an asthma attack at age 61.

Word of his death spread rapidly among hundreds of his old hockey colleagues who resolved to continue with the event, now renamed the Craig Allen Memorial Roller Hockey Reunion.

The turnout on Saturday was the largest ever, with players pulling on their old equipment, choosing sides and taking once again to the rink of cracked blacktop with faded lines and circles. They wore no helmets, although one player wore a fedora.

Another, Vinnie Juliano, 77, of Long Island City, wore his hearing aids, along with his 50-year-old taped-up quads, or four-wheeled skates with a leather boot. Many players here never converted to in-line skates, and neither did Mr. Allen, whose photograph appeared on a poster hanging behind the players’ bench.

“I’m seeing people walking by wondering why all these rusty, grizzly old guys are here playing hockey,” one player, Tommy Dominguez, said. “We’re here for Craig, and let me tell you, these old guys still play hard.”

Everyone seemed to have a Craig Allen story, from his earliest teams at Public School 151 to the Bryant Rangers, the Woodside Wings, the Woodside Blues and more.

Mr. Allen, who became a yellow-cab driver, was always recruiting new talent. He gained the nickname Cabby for his habit of stopping at playgrounds all over the city to scout players.

Teams were organized around neighborhoods and churches, and often sponsored by local bars. Mr. Allen, for one, played for bars, including Garry Owen’s and on the Fiddler’s Green Jokers team in Inwood, Manhattan.

Play was tough and fights were frequent.

“We were basically street gangs on skates,” said Steve Rogg, 56, a mail clerk who grew up in Jackson Heights, Queens, and who on Saturday wore his Riedell Classic quads from 1972. “If another team caught up with you the night before a game, they tossed you a beating so you couldn’t play the next day.”

Mr. Garmendia said Mr. Allen’s skin color provoked many fights.

“When we’d go to some ignorant neighborhoods, a lot of players would use slurs,” Mr. Garmendia said, recalling a game in Ozone Park, Queens, where local fans parked motorcycles in a lineup next to the blacktop and taunted Mr. Allen. Mr. Garmendia said he checked a player into the motorcycles, “and the bikes went down like dominoes, which started a serious brawl.”

A group of fans at a game in Brooklyn once stuck a pole through the rink fence as Mr. Allen skated by and broke his jaw, Mr. Garmendia said, adding that carloads of reinforcements soon arrived to defend Mr. Allen.

And at another racially incited brawl, the police responded with six patrol cars and a helicopter.

Before play began on Saturday, the players gathered at center rink to honor Mr. Allen. Billy Barnwell, 59, of Woodside, recalled once how an all-white, all-star squad snubbed Mr. Allen by playing him third string. He scored seven goals in the first game and made first string immediately.

“He’d always hear racial stuff before the game, and I’d ask him, ‘How do you put up with that?’” Mr. Barnwell recalled. “Craig would say, ‘We’ll take care of it,’ and by the end of the game, he’d win guys over. They’d say, ‘This guy’s good.’”

Tribute for a Roller Hockey Warrior

Artikel lainnya »