MAU UMROH BERSAMA TRAVEL TERBAIK DI INDONESIA ALHIJAZ INDO WISATA..?

YOOK LANGSUNG WHATSAPP AJA KLIK DISINI 811-1341-212
 

umroh

Setiap jamaah yang berangkat umroh atau haji khusus Call/Wa. 08111-34-1212 pasti menginginkan perjalanan ibadah haji plus atau umrohnya bisa terlaksana dengan lancar, nyaman dan aman sehingga menjadi mabrur. Demi mewujudkan kami sangat memahami keinginan para jamaah sehingga merancang program haji onh plus dan umroh dengan tepat. Jika anda ingin melaksanakan Umrah dan Haji dengan tidak dihantui rasa was-was dan serta ketidakpastian, maka Alhijaz Indowisata Travel adalah solusi sebagai biro perjalanan anda yang terbaik dan terpercaya.?agenda umroh 12 hari

Biro Perjalanan Haji dan Umrah yang memfokuskan diri sebagai biro perjalanan yang bisa menjadi sahabat perjalanan ibadah Anda, yang sudah sangat berpengalaman dan dipercaya sejak tahun 2010, mengantarkan tamu Allah minimal 5 kali dalam sebulan ke tanah suci tanpa ada permasalahan. Paket yang tersedia sangat beragam mulai paket umroh 9 hari, 12 hari, umroh wisata muslim turki, dubai, aqso. Biaya umroh murah yang sudah menggunakan rupiah sehingga jamaah tidak perlu repot dengan nilai tukar kurs asing. biro haji onh plus Ciwandan

saco-indonesia.com, Ratusan murid SDN I Sangkanwangi, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, terpaksa harus melaksanakan kegiatan belajar mengajar di dalam tenda. Sebabnya, dua ruangan kelas rubuh akibat hujan deras yang melanda daerah itu.

Selama ini proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di tempat darurat dengan mendirikan tenda milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak.

"Kami juga berharap ruangan kelas yang rubuh itu akan segera diperbaiki," kata Kepala SDN 1 Sangkanwangi, Kabupaten Lebak Abdul Muti di Lebak, Senin (27/1).

Pelaksanaan KBM telah berjalan dengan baik dan tidak ada hambatan, meskipun dua ruangan kelas 3-4 roboh akibat diterjang angin kencang. Meskipun kondisinya juga kurang nyaman dengan beralasan tanah, tetapi semangat anak-anak belajar juga cukup besar.

Abdul Muti juga menambahkan, pihaknya juga telah melaporkan dua ruangan kelas yang roboh itu kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak. "Kami juga berharap tahun ini juga dilakukan perbaikan sehingga anak-anak bisa belajar dengan tenang serta konsentrasi," ujarnya.

Sementara itu, Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya juga mengatakan pihaknya telah berjanji akan membangun dua ruangan kelas SD Negeri 1 Sangkanwangi, Kecamatan Leuwidamar yang roboh itu.

"Kami juga akan mengalokasikan pembangunan sekolah itu dari anggaran Biaya Tak Terduga (BTT)," katanya.

Ia juga telah menyebutkan saat ini proses KBM di tenda tentunya tidak optimal sehingga berdampak terhadap mutu pendidikan. Apalagi, beberapa bulan ke depan atau sekitar bulan Mei mendatang para murid juga akan melaksanakan ujian.

Pihaknya juga telah memerintahkan tim teknis dari Dinas Cipta Karya segera turun ke lokasi melakukan monitoring guna untuk mengetahui apakah lokasi sekolah itu aman jika dibangun kembali atau tidak.

"Kalau menurut tim teknis itu layak maka pembangunannya akan segera dilakukan dengan anggaran dari BTT itu," katanya.


Editor : Dian Sukmawati

RATUSAN PELAJAR BANTEN BELAJAR DI DALAM TENDA
Photo
 
Many bodies prepared for cremation last week in Kathmandu were of young men from Gongabu, a common stopover for Nepali migrant workers headed overseas. Credit Daniel Berehulak for The New York Times

KATHMANDU, Nepal — When the dense pillar of smoke from cremations by the Bagmati River was thinning late last week, the bodies were all coming from Gongabu, a common stopover for Nepali migrant workers headed overseas, and they were all of young men.

Hindu custom dictates that funeral pyres should be lighted by the oldest son of the deceased, but these men were too young to have sons, so they were burned by their brothers or fathers. Sukla Lal, a maize farmer, made a 14-hour journey by bus to retrieve the body of his 19-year-old son, who had been on his way to the Persian Gulf to work as a laborer.

“He wanted to live in the countryside, but he was compelled to leave by poverty,” Mr. Lal said, gazing ahead steadily as his son’s remains smoldered. “He told me, ‘You can live on your land, and I will come up with money, and we will have a happy family.’ ”

Weeks will pass before the authorities can give a complete accounting of who died in the April 25 earthquake, but it is already clear that Nepal cannot afford the losses. The countryside was largely stripped of its healthy young men even before the quake, as they migrated in great waves — 1,500 a day by some estimates — to work as laborers in India, Malaysia or one of the gulf nations, leaving many small communities populated only by elderly parents, women and children. Economists say that at some times of the year, one-quarter of Nepal’s population is working outside the country.

Nepal’s Young Men, Lost to Migration, Then a Quake

Artikel lainnya »