MAU UMROH BERSAMA TRAVEL TERBAIK DI INDONESIA ALHIJAZ INDO WISATA..?

YOOK LANGSUNG WHATSAPP AJA KLIK DISINI 811-1341-212
 

umroh desember

Setiap jamaah yang berangkat umroh atau haji khusus Call/Wa. 08111-34-1212 pasti menginginkan perjalanan ibadah haji plus atau umrohnya bisa terlaksana dengan lancar, nyaman dan aman sehingga menjadi mabrur. Demi mewujudkan kami sangat memahami keinginan para jamaah sehingga merancang program haji onh plus dan umroh dengan tepat. Jika anda ingin melaksanakan Umrah dan Haji dengan tidak dihantui rasa was-was dan serta ketidakpastian, maka Alhijaz Indowisata Travel adalah solusi sebagai biro perjalanan anda yang terbaik dan terpercaya.?agenda umroh 12 hari

Biro Perjalanan Haji dan Umrah yang memfokuskan diri sebagai biro perjalanan yang bisa menjadi sahabat perjalanan ibadah Anda, yang sudah sangat berpengalaman dan dipercaya sejak tahun 2010, mengantarkan tamu Allah minimal 5 kali dalam sebulan ke tanah suci tanpa ada permasalahan. Paket yang tersedia sangat beragam mulai paket umroh 9 hari, 12 hari, umroh wisata muslim turki, dubai, aqso. Biaya umroh murah yang sudah menggunakan rupiah sehingga jamaah tidak perlu repot dengan nilai tukar kurs asing. biro haji onh plus Bojongsari

saco-indonesia.com, Bukan rahasia umum lagi jika akhir-akhir ini listrik sering mati mendadak karena ada pemadaman bergilir atau karena ada kerusakan pada peralatan milik PLN yang telah diakibatkan faktor oleh cuaca. Seringkali pemadaman telah berlangsung dalam waktu yang cukup lama sehingga kita tidak dapat melakukan kegiatan apapun yang berhubungan dengan peralatan listrik baik di rumah maupun di kantor. Jika kegiatan tersebut hanya bersifat hiburan, kita tentu dapat menahan diri dan sedikit bersabar. Akan tetapi, jika kegiatan tersebut berhubungan dengan kegiatan bisnis, misalnya bisnis online dengan penggunaan komputer dan modem internet yang telah membutuhkan aliran listrik, maka kerugian yang akan ditanggung selama pemadaman tersebut bisa mencapai angka yang cukup besar.

Melayangkan pengaduan atau keluhan kepada PLN mungkin bisa dilakukan, akan tetapi solusi yang akan diharapkan belum tentu bisa cepat terealisasi terutama untuk masalah yang cukup besar. Hal iniliah yang membuat banyak orang telah memilih untuk membeli genset atau portable generator sebagai sumber energi listrik cadangan ketika aliran listrik tengah padam. Apa saja yang perlu diperhatikan sebelum kita membeli genset? Mari kita simak poin-poin penting berikut!

Tips Membeli Genset

    Menghitung seberapa besar daya yang akan kita butuhkan. Dengan penghitungan yang lebih baik, kebutuhan listrik kita juga akan tetap terpenuhi sekalipun kita tengah menggunakan genset. Kita juga dapat menghitungnya dengan memperhatikan alat-alat apa saja yang biasa kita gunakan di rumah seperti jumlah lampu, komputer, TV, lemari es, dan lain-lain. Jika ingin lebih mudah, kita hanya perlu memperhatikan kapasitas daya listrik yang telah kita miliki di rumah. Yang paling perlu diperhatikan adalah pemilihan genset dengan daya yang sama atau lebih besar dari yang telah kita miliki.
    Memperhatikan jenis genset berdasarkan bahan bakarnya. Pemilihan genset dengan bahan bakar yang berbeda mungkin tidak terlalu berpengaruh kepada jumlah biaya yang harus kita keluarkan untuk dapat membeli bahan bakar tersebut mengingat harga bensin dan solar relatif sama. Akan tetapi, pemilihan genset dengan memperhatikan jenis bahan bakarnya juga dapat memberikan kita petunjuk tentang besar kapasitas daya yang telah dihasilkan. Biasanya, genset dengan kapasitas besar (4000 watt ke atas). Oleh karena itu, anda dapat mengeliminasi pilihan ini jika anda membutuhkan genset untuk kebutuhan rumah tangga.
    Memilih model genset berdasarkan ukuran dan tingkat kebisingan. Kita mungkin tidak memiliki ruangan yang cukup luas untuk dapat meletakkan genset yang kita beli di rumah. Dengan demikian, memilih genset yang berukuran kecil juga merupakan solusi yang terbaik walaupun seringkali ukuran fisik genset berbanding lurus dengan kapasitasnya. Produsen genset juga telah memberikan pilihan yang cukup variatif mengenai suara yang telah dihasilkan oleh mesin tersebut. Pilihan produk dengan tingkat kebisingan rendah adalah yang paling masuk akal untuk digunakan di rumah.
    Menyesuaikan produk yang diinginkan dengan kondisi keuangan. Nah, ini adalah aspek yang paling penting menurut sebagian besar orang. Lalu, kenapa aspek ini harus ada di urutan ke-empat? Kita bisa saja membeli produk yang murah. Akan tetapi, jika kita melihat kembali seberapa penting fungsi genset untuk dapat mendukung aktifitas kita, membeli genset atas dasar harga yang murah bisa jadi cukup beresiko. Ketika kita salah dalam menentukan pilihan hanya karena harga murah yang ditawarkan, hal ini juga dapat berakibat pada tidak maksimalnya fungsi genset tersebut sehingga kita membutuhkan yang baru dengan kapasitas lebih besar dan harga yang lebih mahal.

Di luar kebutuhan kita akan genset yang seringkali mendesak ketika listrik padam, kita tentu berharap pasokan listrik dari PLN dapat kita nikmati dengan nyaman dan stabil. Semoga tips ini bermanfaat.


Editor : Dian Sukmawatid

TIPS MEMBELI GENSET

Hockey is not exactly known as a city game, but played on roller skates, it once held sway as the sport of choice in many New York neighborhoods.

“City kids had no rinks, no ice, but they would do anything to play hockey,” said Edward Moffett, former director of the Long Island City Y.M.C.A. Roller Hockey League, in Queens, whose games were played in city playgrounds going back to the 1940s.

From the 1960s through the 1980s, the league had more than 60 teams, he said. Players included the Mullen brothers of Hell’s Kitchen and Dan Dorion of Astoria, Queens, who would later play on ice for the National Hockey League.

One street legend from the heyday of New York roller hockey was Craig Allen, who lived in the Woodside Houses projects and became one of the city’s hardest hitters and top scorers.

“Craig was a warrior, one of the best roller hockey players in the city in the ’70s,” said Dave Garmendia, 60, a retired New York police officer who grew up playing with Mr. Allen. “His teammates loved him and his opponents feared him.”

Young Craig took up hockey on the streets of Queens in the 1960s, playing pickup games between sewer covers, wearing steel-wheeled skates clamped onto school shoes and using a roll of electrical tape as the puck.

His skill and ferocity drew attention, Mr. Garmendia said, but so did his skin color. He was black, in a sport made up almost entirely by white players.

“Roller hockey was a white kid’s game, plain and simple, but Craig broke the color barrier,” Mr. Garmendia said. “We used to say Craig did more for race relations than the N.A.A.C.P.”

Mr. Allen went on to coach and referee roller hockey in New York before moving several years ago to South Carolina. But he continued to organize an annual alumni game at Dutch Kills Playground in Long Island City, the same site that held the local championship games.

The reunion this year was on Saturday, but Mr. Allen never made it. On April 26, just before boarding the bus to New York, he died of an asthma attack at age 61.

Word of his death spread rapidly among hundreds of his old hockey colleagues who resolved to continue with the event, now renamed the Craig Allen Memorial Roller Hockey Reunion.

The turnout on Saturday was the largest ever, with players pulling on their old equipment, choosing sides and taking once again to the rink of cracked blacktop with faded lines and circles. They wore no helmets, although one player wore a fedora.

Another, Vinnie Juliano, 77, of Long Island City, wore his hearing aids, along with his 50-year-old taped-up quads, or four-wheeled skates with a leather boot. Many players here never converted to in-line skates, and neither did Mr. Allen, whose photograph appeared on a poster hanging behind the players’ bench.

“I’m seeing people walking by wondering why all these rusty, grizzly old guys are here playing hockey,” one player, Tommy Dominguez, said. “We’re here for Craig, and let me tell you, these old guys still play hard.”

Everyone seemed to have a Craig Allen story, from his earliest teams at Public School 151 to the Bryant Rangers, the Woodside Wings, the Woodside Blues and more.

Mr. Allen, who became a yellow-cab driver, was always recruiting new talent. He gained the nickname Cabby for his habit of stopping at playgrounds all over the city to scout players.

Teams were organized around neighborhoods and churches, and often sponsored by local bars. Mr. Allen, for one, played for bars, including Garry Owen’s and on the Fiddler’s Green Jokers team in Inwood, Manhattan.

Play was tough and fights were frequent.

“We were basically street gangs on skates,” said Steve Rogg, 56, a mail clerk who grew up in Jackson Heights, Queens, and who on Saturday wore his Riedell Classic quads from 1972. “If another team caught up with you the night before a game, they tossed you a beating so you couldn’t play the next day.”

Mr. Garmendia said Mr. Allen’s skin color provoked many fights.

“When we’d go to some ignorant neighborhoods, a lot of players would use slurs,” Mr. Garmendia said, recalling a game in Ozone Park, Queens, where local fans parked motorcycles in a lineup next to the blacktop and taunted Mr. Allen. Mr. Garmendia said he checked a player into the motorcycles, “and the bikes went down like dominoes, which started a serious brawl.”

A group of fans at a game in Brooklyn once stuck a pole through the rink fence as Mr. Allen skated by and broke his jaw, Mr. Garmendia said, adding that carloads of reinforcements soon arrived to defend Mr. Allen.

And at another racially incited brawl, the police responded with six patrol cars and a helicopter.

Before play began on Saturday, the players gathered at center rink to honor Mr. Allen. Billy Barnwell, 59, of Woodside, recalled once how an all-white, all-star squad snubbed Mr. Allen by playing him third string. He scored seven goals in the first game and made first string immediately.

“He’d always hear racial stuff before the game, and I’d ask him, ‘How do you put up with that?’” Mr. Barnwell recalled. “Craig would say, ‘We’ll take care of it,’ and by the end of the game, he’d win guys over. They’d say, ‘This guy’s good.’”

Tribute for a Roller Hockey Warrior

Artikel lainnya »