Setiap jamaah yang berangkat umroh atau haji khusus Call/Wa. 08111-34-1212 pasti menginginkan perjalanan ibadah haji plus atau umrohnya bisa terlaksana dengan lancar, nyaman dan aman sehingga menjadi mabrur. Demi mewujudkan kami sangat memahami keinginan para jamaah sehingga merancang program haji onh plus dan umroh dengan tepat. Jika anda ingin melaksanakan Umrah dan Haji dengan tidak dihantui rasa was-was dan serta ketidakpastian, maka Alhijaz Indowisata Travel adalah solusi sebagai biro perjalanan anda yang terbaik dan terpercaya.?agenda umroh 12 hari
Biro Perjalanan Haji dan Umrah yang memfokuskan diri sebagai biro perjalanan yang bisa menjadi sahabat perjalanan ibadah Anda, yang sudah sangat berpengalaman dan dipercaya sejak tahun 2010, mengantarkan tamu Allah minimal 5 kali dalam sebulan ke tanah suci tanpa ada permasalahan. Paket yang tersedia sangat beragam mulai paket umroh 9 hari, 12 hari, umroh wisata muslim turki, dubai, aqso. Biaya umroh murah yang sudah menggunakan rupiah sehingga jamaah tidak perlu repot dengan nilai tukar kurs asing. biaya umroh akhir ramadhan di Purwakarta
China Desak Malaysia Tingkatkan Pencarian Pesawat Hilang
BEIJING, SACO-INDONESIA.COM - Pemerintah China mendesak Malaysia untuk lebih meningkatkan upaya pencarian pesawat Malaysia Airlines yang hilang pada Sabtu dini hari (8/3/2014).
Desakan disampaikan setelah pesawat dengan nomor penerbangan MH370 yang terbang dari Kuala Lumpur ke Beijing yang antara lain mengangkut banyak penumpang warga China hingga kini belum ditemukan jejaknya.
“Kami mempunyai tanggung jawab untuk menuntut dan mendesak pihak Malaysia untuk menggalakan upaya pencarian, memulai penyelidikan secepat mungkin dan memberikan informasi yang benar dan cepat kepada China,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Qin Gang.
Wartawan BBC di Beijing, Celia Hatton, melaporkan sejumlah keluarga penumpang warga China tampak kehilangan kesabaran.
Atas keadaan itu, pihak berwenang Malaysia kembali berjanji akan menerbangkan anggota keluarga ke Kuala Lumpur agar lebih dekat dengan pusat operasi pencarian.
Namun seorang anggota keluarga penumpang, Guo Qishun, yang menantunya berada di pesawat MH370 tersebut, mengatakan tidak ada manfaatnya untuk terbang ke Malaysia.
"Bila kami pergi ke Malaysia, kami tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menanti, seperti apa yang kami lakukan di Beijing sekarang. Bila kami pergi ke Malaysia, siapa yang bisa kami jadikan tumpuan? Sebagian besar dari kami tidak bisa berbahasa Inggris," katanya seperti dikutip kantor berita AP.
Malaysia mengatakan wilayah pencarian sekarang telah diperluas, setelah pencarian sejauh ini belum menemukan jejak apa pun baik pesawat maupun 239 penumpangnya.
Regu pencari dan penyelamat dari sembilan negara sekarang menyisir kawasan mulai dari Semenanjung Malaka hingga Laut China Selatan.
KATHMANDU, Nepal — When the dense pillar of smoke from cremations by the Bagmati River was thinning late last week, the bodies were all coming from Gongabu, a common stopover for Nepali migrant workers headed overseas, and they were all of young men.
Hindu custom dictates that funeral pyres should be lighted by the oldest son of the deceased, but these men were too young to have sons, so they were burned by their brothers or fathers. Sukla Lal, a maize farmer, made a 14-hour journey by bus to retrieve the body of his 19-year-old son, who had been on his way to the Persian Gulf to work as a laborer.
“He wanted to live in the countryside, but he was compelled to leave by poverty,” Mr. Lal said, gazing ahead steadily as his son’s remains smoldered. “He told me, ‘You can live on your land, and I will come up with money, and we will have a happy family.’ ”
Weeks will pass before the authorities can give a complete accounting of who died in the April 25 earthquake, but it is already clear that Nepal cannot afford the losses. The countryside was largely stripped of its healthy young men even before the quake, as they migrated in great waves — 1,500 a day by some estimates — to work as laborers in India, Malaysia or one of the gulf nations, leaving many small communities populated only by elderly parents, women and children. Economists say that at some times of the year, one-quarter of Nepal’s population is working outside the country.