MAU UMROH BERSAMA TRAVEL TERBAIK DI INDONESIA ALHIJAZ INDO WISATA..?

YOOK LANGSUNG WHATSAPP AJA KLIK DISINI 811-1341-212
 

UMROH MEI

Setiap jamaah yang berangkat umroh atau haji khusus Call/Wa. 08111-34-1212 pasti menginginkan perjalanan ibadah haji plus atau umrohnya bisa terlaksana dengan lancar, nyaman dan aman sehingga menjadi mabrur. Demi mewujudkan kami sangat memahami keinginan para jamaah sehingga merancang program haji onh plus dan umroh dengan tepat. Jika anda ingin melaksanakan Umrah dan Haji dengan tidak dihantui rasa was-was dan serta ketidakpastian, maka Alhijaz Indowisata Travel adalah solusi sebagai biro perjalanan anda yang terbaik dan terpercaya.?agenda umroh 12 hari

Biro Perjalanan Haji dan Umrah yang memfokuskan diri sebagai biro perjalanan yang bisa menjadi sahabat perjalanan ibadah Anda, yang sudah sangat berpengalaman dan dipercaya sejak tahun 2010, mengantarkan tamu Allah minimal 5 kali dalam sebulan ke tanah suci tanpa ada permasalahan. Paket yang tersedia sangat beragam mulai paket umroh 9 hari, 12 hari, umroh wisata muslim turki, dubai, aqso. Biaya umroh murah yang sudah menggunakan rupiah sehingga jamaah tidak perlu repot dengan nilai tukar kurs asing. biaya haji khusus di Jatisampurna

saco-indonesia.com, Selama Gunung Kelud meletus pada Kamis malam lalu hingga Senin kemarin (17/2), jumlah pengungsi di lima lokasi yang berbeda telah menderita sakit, tercatat ada sekitar 123 orang. Rata-rata, mereka telah menderita penyakit Inspeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) akibat menghirup banyak debu.

"Rata-rata mereka sakit karena terlalu banyak menghirup debu letusan Kelud," kata Wadan Satgas TNI AL, Letkol Rudi P Napitupulu di Posko Kesehatan Basarnas Lapangan Wates, Kediri, Jawa Timur, Selasa (18/2).

Rudi juga mengatakan, para pengungsi yang telah menderita ISPA di lima lokasi pengungsian itu di antaranya, Pos Pengungsian Wates, Wonorejo, Segaran, Juet dan Tawang.

"Di masing-masing pos, kita juga telah tempatkan beberapa personel, satu dokter umum dan tujuah orang medis, dan sejak Kelud meletus sampai Senin kemarin, jumlah pengungsi yang telah menderita ISPA ada sekitar 123 orang," ujarnya.

Dia juga menjelaskan, untuk langkah awal sebagai bentuk antisipasi atau pengobatan, pihaknya juga telah memberikan injeksi anti biotik sesuai aturan yang bisa digunakan. "Kemudian memberi obat batuk dan menyediakan masker sebagai antisipasi agar tidak kembali menghirup debu," terang Rudi.

Sementara data Satlak Pengungsi Gunung Kelud, telah tercatat ada sekitar 36 ribu pengungsi, yang tersebar di 36 titik di Kediri. Namun, karena banyak yang memaksa kembali pulang sejak Sabtu pagi lalu, jumlah pengungsi yang bertahan tinggal 16.400 jiwa.


Editor : Dian Sukmawati

PENGUNGSI KELUD DI KEDIRI BANYAK IDAP ISPA AKIBAT DEBU VULKANIK
Photo
 
Many bodies prepared for cremation last week in Kathmandu were of young men from Gongabu, a common stopover for Nepali migrant workers headed overseas. Credit Daniel Berehulak for The New York Times

KATHMANDU, Nepal — When the dense pillar of smoke from cremations by the Bagmati River was thinning late last week, the bodies were all coming from Gongabu, a common stopover for Nepali migrant workers headed overseas, and they were all of young men.

Hindu custom dictates that funeral pyres should be lighted by the oldest son of the deceased, but these men were too young to have sons, so they were burned by their brothers or fathers. Sukla Lal, a maize farmer, made a 14-hour journey by bus to retrieve the body of his 19-year-old son, who had been on his way to the Persian Gulf to work as a laborer.

“He wanted to live in the countryside, but he was compelled to leave by poverty,” Mr. Lal said, gazing ahead steadily as his son’s remains smoldered. “He told me, ‘You can live on your land, and I will come up with money, and we will have a happy family.’ ”

Weeks will pass before the authorities can give a complete accounting of who died in the April 25 earthquake, but it is already clear that Nepal cannot afford the losses. The countryside was largely stripped of its healthy young men even before the quake, as they migrated in great waves — 1,500 a day by some estimates — to work as laborers in India, Malaysia or one of the gulf nations, leaving many small communities populated only by elderly parents, women and children. Economists say that at some times of the year, one-quarter of Nepal’s population is working outside the country.

Nepal’s Young Men, Lost to Migration, Then a Quake

Artikel lainnya »