MAU UMROH BERSAMA TRAVEL TERBAIK DI INDONESIA ALHIJAZ INDO WISATA..?

YOOK LANGSUNG WHATSAPP AJA KLIK DISINI 811-1341-212
 

UMROH SEPTEMBER

saco-indonesia.com, Bagai jatuh tertimpa tangga, inilah yang telah dialami oleh Reza yang berusia 19 tahun , yang telah menjadi korban pemukulan di Jalan Dewi Sartika, Cililitan, Kramatjati, Senin (17/2) kemarin . Niat hati ingin memarahi sopir Kopaja yang akan menabraknya, pemuda ini malah dipukuli gerombolan ormas yang ada di dalam kendaraan tersebut.

Kapolsek Kramatjati, Kompol Andini telah menuturkan, peristiwa itu telah terjadi sekitar pukul. 18:30. Reza telah menjadi bulan-bulanan penumpang yang tidak terima memarahi sopir atas mobil yang ditumpanginya. “Korban luka memar di wajahnya ,” kata kapolsek Senin (17/2) kemarin .

Diceritakan Kapolsek, kejadian itu bermula saat korban yang akan menyeberang di samping Pusat Grosir Cililitan (PGC) nyaris ditabrak Kopaja 57 jurusan Kampung Rambutan – Blok M. Korban yang kaget pun langsung menggebrak bus 3/4 tersebut. “Dia teriak bawa mobilnya biasa saja dong,” kata Andini menirukan korban.

Tanpa disadari, mobil tersebut ternyata berisi penumpang dari salah satu ormas. Tanpa komando, penumpang yang ada langsung turun untuk menghakimi Reza. “Korban kabur melarikan diri namun dapat ditangkap gerombolan itu dan langsung memukulinya,” ujar Andini lagi.

Beruntung, tiga orang warga yang ada di sekitar dapat melerai aksi brutal kelompok ormas tersebut. Korban langsung dilarikan ke RS Budi Asih. “Korban pun saat ini masih shock dan sulit dimintai keterangan atas kasus pengeroyokan yang telah dialaminya,” imbuhnya.

Polisi juga masih memburu pelaku pengeroyokan tersebut. Kasus inipun saat ini masih ditangani oleh Polsek Kramatjati. “Saksi yang berjumlah tiga orang itu yang kita mintai informasinya untuk dapat meringkus pelaku,” tuturnya.


Editor : Dian Sukmawati

REZA DIPUKULI ANGGOTA ORMAS

WASHINGTON — During a training course on defending against knife attacks, a young Salt Lake City police officer asked a question: “How close can somebody get to me before I’m justified in using deadly force?”

Dennis Tueller, the instructor in that class more than three decades ago, decided to find out. In the fall of 1982, he performed a rudimentary series of tests and concluded that an armed attacker who bolted toward an officer could clear 21 feet in the time it took most officers to draw, aim and fire their weapon.

The next spring, Mr. Tueller published his findings in SWAT magazine and transformed police training in the United States. The “21-foot rule” became dogma. It has been taught in police academies around the country, accepted by courts and cited by officers to justify countless shootings, including recent episodes involving a homeless woodcarver in Seattle and a schizophrenic woman in San Francisco.

Now, amid the largest national debate over policing since the 1991 beating of Rodney King in Los Angeles, a small but vocal set of law enforcement officials are calling for a rethinking of the 21-foot rule and other axioms that have emphasized how to use force, not how to avoid it. Several big-city police departments are already re-examining when officers should chase people or draw their guns and when they should back away, wait or try to defuse the situation

Police Rethink Long Tradition on Using Force

Artikel lainnya »