Oleh IRWAN JULIANTO
Saco-Indonesia.com,- Satu demi satu
misteri penyebab diabetes melitus tipe 2 mulai terungkap. Para peneliti Harvard School of Public
Health (HSPH) baru saja memublikasikan temuan mereka bahwa ada satu jenis protein atau hormon
khusus yang ditemukan dalam sel-sel lemak yang terbukti membantu mengatur bagaimana gula darah
dikendalikan dan dimetabolisasi untuk energi di dalam hati. Ini dikatakan akan membuka salah
satu jalan bagi pengobatan diabetes tipe 2 yang menjangkiti ratusan juta penduduk dunia.
Diabetes tipe ini tidak bergantung pada insulin dan terjadi pada orang-orang
dewasa (adult onset), berbeda dengan diabetes tipe 1 yang bergantung pada insulin dan terjadi
sejak bayi. Diabetes tipe 2 dapat didefinisikan sebagai suatu kelainan metabolik yang ditandai
dengan tingginya kadar glukosa darah akibat terjadinya kekurangan dan resistansi insulin.
Kemampuan sel-sel beta pankreas berkurang bahkan rusak sehingga pasien mulai mengalami diabetes,
dengan gejala-gejala seperti banyak makan (polifagia), banyak minum (polidipsia), dan banyak
kencing (poliuria).
Jumlah kasus diabetes tipe 2 hampir sepuluh kali lipat
kasus diabetes tipe 1 yang terjadi karena kerusakan pankreas sejak bayi. Hingga sekarang
diyakini bahwa kegemukan menjadi penyebab utama terjadinya diabetes tipe 2 pada orang-orang yang
memang secara genetis sudah membawa gen pembawa penyakit ini.
Dua-tiga dekade
lalu sudah diketahui adanya hubungan antara kegemukan dan diabetes tipe 2, tetapi belum jelas
apakah kegemukan memicu diabetes jenis ini ataukah hanya mempercepat terjadinya. Riset di
Amerika Serikat menunjukkan, orang-orang dengan obesitas tiga kali lebih mudah terjangkit
diabetes dibandingkan dengan mereka yang tidak kegemukan. Makin tua seseorang, risiko terkena
diabetes tipe 2 juga kian besar. Orang-orang berusia 65 tahun, misalnya, lebih mungkin terserang
dibandingkan dengan mereka yang berusia di bawah 20 tahun.
Diabetes tipe 2
juga diketahui erat hubungannya dengan faktor keturunan. Jika dalam keluarga Anda ada yang
mengidap diabetes, kemungkinan Anda terjangkit diabetes cukup besar.
Jika
ayah atau ibu Anda dan kakek atau nenek serta bibi atau paman Anda menderita penyakit ini,
peluang Anda mengalami diabetes tipe 2 mendekati 85 persen. Jika ayah dan nenek mengidap
diabetes, risiko Anda cuma 60 persen. Jika hanya ibu yang menderita, maka 22 persen risikonya
bagi Anda akan menderita pula.
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada orang
dewasa akibat perubahan gaya hidup, berkurangnya kegiatan jasmani, dan jenis makanan/minuman
yang serba fast food dan soft drink. Namun, saat ini diabetes tipe 2 ditemukan juga pada anak-
anak dan remaja di Asia.
Penyakit kronis ini diyakini menyebabkan usia
harapan hidup bagi penderitanya sepuluh tahun lebih pendek dibandingkan dengan orang-orang
non-diabetik akibat komplikasi penyakit jantung koroner, stroke, dan gagal ginjal. Diabetes tipe
2 juga menyebabkan kecacatan, seperti kebutaan akibat komplikasi retinopati dan meningkatnya
risiko sebesar 20 kali amputasi tungkai bawah. Pengidap diabetes ini mudah lupa dan mengalami
impotensi.
Multipatologi
Selama berpuluh
tahun para peneliti dan dokter dihadapkan pada misteri: tidak semua orang yang kegemukan atau
resistan terhadap insulin mengidap diabetes tipe 2. Bahkan, cukup banyak orang yang amat gemuk
tak terserang penyakit ini. Para ilmuwan lalu berteori bahwa ada suatu faktor yang tak dikenal
yang terlibat dalam metabolisme glukosa dalam hati, dan mungkin kehadiran atau absennya elemen
ini, dapat menentukan siapa yang terkena diabetes tipe 2.
Dalam jurnal Cell
Metabolism edisi 7 Mei 2013, para peneliti HSPH mengungkapkan, dunia ilmiah sudah lama
mengetahui bahwa salah satu peristiwa kunci bagi berkembangnya diabetes tipe 2 adalah produksi
glukosa yang tak terkontrol dari hati.
”Namun, mekanisme yang
mendasarinya tetap masih sukar dipahami,” kata Gökhan S Hotamisligil, Kepala
Departemen Genetika dan Penyakit-penyakit Kompleks, dan JS Simmons, profesor genetika dan
metabolisme di HSPH. ”Kami sekarang berhasil mengidentifikasi aP2 sebagai suatu hormon
baru yang dikeluarkan dari sel-sel lemak yang mengontrol fungsi kritis ini.”
Lewat percobaan dengan mencit di laboratorium memakai teknologi mutakhir ditemukan bahwa
jika jumlah aP2 berlebih, timbullah diabetes. Sebaliknya, jika hormon ini diblok atau di-
switch-off, produksi glukosa dari hati dapat dikontrol lebih baik sehingga manifestasinya berupa
diabetes tipe 2 dan penyakit-penyakit metabolik lainnya pun dapat dicegah.
Kemampuan sebuah organ—dalam hal ini jaringan lemak—begitu langsung dan menentukan
dalam mengendalikan tindakan organ lain, yaitu hati, amat menarik, kata Hotamisligil.
”Kami menduga sistem komunikasi antara jaringan lemak dan hati telah berevolusi untuk
membantu sel-sel lemak memberi komando kepada hati untuk menyuplai tubuh dengan glukosa pada
saat-saat terjadinya kekurangan nutrien. Betapa pun, ketika sel-sel lemak yang membesar
kehilangan kendali terhadap sinyal ini karena kondisi obesitas, tingkat aP2 dalam darah naik,
glukosa diguyurkan ke dalam aliran darah dan tidak dapat dibersihkan oleh jaringan-jaringan
lain. Hasilnya adalah tingginya kadar glukosa darah dan diabetes 2.”
Guru Besar FK UI yang mendalami diabetes, Sidartawan Soegondo, menyatakan, temuan para ilmuwan
Harvard ini merupakan sumbangan berarti bagi perkembangan ilmu kedokteran. ”Akhir-akhir
ini saya mengajarkan bahwa diabetes tipe 2 adalah penyakit dengan multipatologi,” ujarnya
ketika dihubungi pada Selasa (21/5). Kini, selain organ pankreas, diabetes tipe 2 diketahui pula
dipicu juga oleh metabolisme sembilan organ lain, antara lain hati dan ginjal.