Lembaga Pengawas untuk Hak Asasi Manusia di Suriah, sebuah
organisasi berbasis di Inggris yang menentang rezim Suriah, mengatakan, Mohammad Qataa
ditembak di wajah dan leher sehari setelah ditangkap.
Telah dirilis sebuah foto yang menunjukkan wajah Qataa dengan mulut dan rahang berlumuran
darah serta luka tembak di lehernya.
"Kami tidak bisa mengabaikan kejahatan, yang hanya melayani musuh revolusi
dan musuh kemanusiaan," kata pemimpin kelompok itu, Rami Abdulrahman.
Laporan itu diperoleh organisasi tersebut berdasarkan keterangan
saksi yang mengetahui peristiwa pembunuhan Qataa.
Dikatakan, Qataa adalah penjual kopi di lingkungan kelas pekerja Shaar.
Dia dilaporkan telah berdebat dengan seseorang dan dia
terdengar mengatakan, "Bahkan jika Nabi Muhammad turun (dari langit), aku tidak akan
menjadi orang yang memercayainya."
Organisasi itu mengatakan, komentar Qataa terdengar kelompok militan Al Nusra yang
berafiliasi ke Al Qaeda yang kemudian mengeksekusi bocah itu.
Kelompok militan Al Nusra mengambil Qataa pada Sabtu (8/6/2013) dan
membawanya kembali dalam keadaan hidup pada Minggu (9/6/2013) dini hari.
"Warga Aleppo yang dermawan, mendustakan Allah adalah kemusyrikan dan mengutuk nabi
adalah kemusyrikan. Siapa pun yang melakukannya, bahkan hanya sekali akan dihukum seperti
ini," ujar salah seorang komandan Al Nusra kepada warga yang berkumpul. Demikian laporan
Lembaga Pengawas untuk Hak Asasi Manusia di Suriah.
"Dia kemudian menembakkan dua peluru dari senapan otomatis di hadapan orang
banyak dan di depan ibu dan ayah anak itu. Usai menembak, mereka masuk ke mobil dan
pergi."
Abdulrahman mengatakan, ibu anak
itu telah memohon kepada para anggota kelompok militan agar mengampuni putranya itu.
Orangtua Qataa mengungkapkan, remaja itu telah mengambil
bagian dalam demonstrasi pro-demokrasi di Aleppo.
Sejak tahun lalu, sebagian besar kota telah jatuh di bawah kendali brigade Islam,
termasuk Front Al Nusra, serta unit pemberontak lainnya.
Lebih dari 94.000 orang telah tewas dan sekitar 1,6 juta warga Suriah telah
melarikan diri dari negara itu sejak perang saudara pecah pada Maret 2011 setelah Presiden
Bashar al-Assad menindak keras para pengunjuk rasa anti-pemerintah.