MAU UMROH BERSAMA TRAVEL TERBAIK DI INDONESIA ALHIJAZ INDO WISATA..?

YOOK LANGSUNG WHATSAPP AJA KLIK DISINI 811-1341-212
 

umroh desember

Saco-Indonesia.com - Tidak usah takut orang-orang KPK asalkan bkerja tulus iklas karena Alloh untuk memakmurkan bangsa ini sehebat apapun dukun yang akan menyerang orang-orang KPK tidak akan mampu melawan kekuatan Alloh. karena orang-orang Koruptor itu jumlahnya kalah banya dengan orang-orang disakiti oleh Koruptor itu sendiri, jadi dengan banyaknya doa dari orang-orang tersakiti oleh koruptor maka santet apapun tidak akan berhasil untuk memerangi orang-orang KPK, terus berjuang tegakan hukum sesuai Quran dan Hadist. Percaya tidak percaya klenik juga berhubungan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK ). Sejumlah paranormal menyebut ada upaya dari pihak sakit hati menyerang pimpinan lembaga antirasuah secara gaib.

Kabar itu makin santer ketika KPK mengusut dugaan korupsi yang menjerat dinasti Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah . Tanpa diminta beberapa paranormal datang untuk memberikan pengamanan.

Tokoh Banten Ahmad Subadri sempat bertemu dengan Ketua KPK Abraham Samad dan Wakil Adnan Pandu Praja agar tidak terpengaruh dengan serangan gaib. Sudah menjadi rahasia umum, Banten memang diidentikkan dengan hal-hal gaib yang demikian.

"KPK mengatakan tidak khawatir. Pak Abraham, Pandu mengatakan mereka siap lahir batin untuk memberantas korupsi di Banten," ujarnya.

Berikut cerita klenik di lembaga antikorupsi:

1. Ada serangan gaib, bola api & awan hitam masuk ke KPK

Serangan balik terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ternyata dilakukan juga secara gaib. Paranormal Permadi mengaku dapat melihat KPK 'dikerjai' oleh para koruptor yang memakai jasa dukun.


"KPK kalau malam ada bola api masuk, ada awan hitam masuk," kata Permadi di Gedung KPK Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (17/12).

Politikus Gerindra itu berpesan agar nyali lembaga anti korupsi tak ciut menghadapi serangan seperti itu. Pria yang dikenal gemar berpakaian hitam-hitam tersebut mengaku sudah membentengi KPK.

"Saya akan bantu KPK dengan Eyang Subur, enggak perlu takut. Saya sudah membersihkan KPK," kata mantan anggota DPR itu.

2. Santet diarahkan ke ketua dan wakil KPK

Paranormal Ki Sabdo Jagad Royo mendatangi Gedung KPK. Ki Sabdo mengaku datang ke KPK untuk memberitahu ada ancaman serius bagi para pimpinan KPK. Apa ancaman yang dimaksud Ki Sabdo?


"Ya banyak pokoknya. Dan itu dilakukan dengan cara-cara gaib yang tidak terlihat," imbuh paranormal asal Surabaya itu.

Saat ditanya siapa yang mengirimkan santet kepada pimpinan KPK tersebut, Ki Sabdo enggan menyebutkan secara detail. Menurutnya pihak-pihak yang saat ini ini sedang diendus korupsinya tidak senang dan akan menyantet para pimpinan KPK.

"Saya ingatkan kepada Ketua KPK dan wakilnya ada ancaman serius. Bahkan mengarah ke nyawa anda," ujar Ki Sabdo.

3. Ditemukan kantong plastik hitam isi kulit kayu

Gundukan tanah tidak wajar ditemukan di halaman KPK oleh petugas keamanan. Setelah digali ditemukan benda berupa bungkusan kantong plastik hitam berisikan kulit kayu berbau wangi kembang.


Selain itu ditemukan juga bungkus balsem dalam plastik putih. Benda-benda itu diduga sengaja dikirim oleh pihak bermasalah secara gaib dengan keperluan jahat seperti santet.

"Awalnya penjaga melihat ada gundukan tanah yang tidak wajar di halaman KPK, ketika digali kami menemukan benda tersebut," terang Juru Bicara KPK Johan Budi.

4. Anak buah hakim mau santet KPK

Hakim Agung Andi Abu Ayub Saleh mengungkapkan anak buahnya berencana mengirim teluh alias santet ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Menurut dia, anak buahnya, Suprapto, ingin melakukan itu karena takut ditangkap.


"Dia (Suprapto) bilang mau santet Mario, Djodi, KPK. Saya bilang, 'Mana bisa kau santet KPK'. KPK itu gedung," kata Andi.

Hal itu disampaikan Mario saat bersaksi dalam persidangan terdakwa kasus dugaan suap pengurusan kasasi perkara Hutomo Wijaya Ongowarsito di Mahkamah Agung dengan terdakwa Mario Cornelio Bernardo.

5. Serpihan garam di halaman KPK

Suatu hari para penjaga di Gedung KPK dikejutkan dengan berserakannya garam di halaman. Juru Bicara KPK Johan budi mengatakan hal tersebut memang sudah berulang kali terjadi.

"Ini bukan pertama kali kami menemukan benda-benda aneh di area gedung KPK," kata Johan.

 

Editor : Liwon Maulana

Sumber : Merdeka.com

Jangan Takut Dengan Beberapa Cerita klenik yang beredar di KPK
Photo
 
Many bodies prepared for cremation last week in Kathmandu were of young men from Gongabu, a common stopover for Nepali migrant workers headed overseas. Credit Daniel Berehulak for The New York Times

KATHMANDU, Nepal — When the dense pillar of smoke from cremations by the Bagmati River was thinning late last week, the bodies were all coming from Gongabu, a common stopover for Nepali migrant workers headed overseas, and they were all of young men.

Hindu custom dictates that funeral pyres should be lighted by the oldest son of the deceased, but these men were too young to have sons, so they were burned by their brothers or fathers. Sukla Lal, a maize farmer, made a 14-hour journey by bus to retrieve the body of his 19-year-old son, who had been on his way to the Persian Gulf to work as a laborer.

“He wanted to live in the countryside, but he was compelled to leave by poverty,” Mr. Lal said, gazing ahead steadily as his son’s remains smoldered. “He told me, ‘You can live on your land, and I will come up with money, and we will have a happy family.’ ”

Weeks will pass before the authorities can give a complete accounting of who died in the April 25 earthquake, but it is already clear that Nepal cannot afford the losses. The countryside was largely stripped of its healthy young men even before the quake, as they migrated in great waves — 1,500 a day by some estimates — to work as laborers in India, Malaysia or one of the gulf nations, leaving many small communities populated only by elderly parents, women and children. Economists say that at some times of the year, one-quarter of Nepal’s population is working outside the country.

Nepal’s Young Men, Lost to Migration, Then a Quake

Artikel lainnya »