JAKARTA, Saco-Indoensia.com
— Presiden Partai Keadilan Sejahtera Anis Matta ditanyai soal kasus dugaan korupsi kuota
impor daging sapi dalam dialog tentang kondisi umat Islam Indonesia dan dunia di Kabupaten
Sampang, Jawa Timur, Senin (3/6/2013) malam. Kasus ini turut menyeret mantan Presiden PKS Luthfi
Hasan Ishaaq.
Anis mengatakan, kasus itu murni persoalan pribadi Luthfi. PKS,
katanya, tidak ikut campur. Sebelumnya, saat kasus ini terkuak, Anis dan PKS menduga ada
konspirasi di balik kasus itu.
Dia menegaskan, PKS kini menunggu proses
hukum berlangsung hingga tuntas. Menurut Anis, bila Luthfi ternyata dinyatakan terbukti
bersalah oleh pengadilan, ia sebagai Presiden PKS akan meminta maaf kepada seluruh rakyat
Indonesia.
"Kami di PKS adalah manusia biasa yang tidak luput dari khilaf. PKS tentu
berharap (LHI) dinyatakan tidak bersalah, tetapi bila sebaliknya, saya wajib meminta maaf
kepada seluruh rakyat Indonesia," kata Anis dalam keterangan tertulisnya, seperti dikutip
Antara, Selasa (4/6/2013).
Dalam kasus dugaan korupsi kuota impor
daging sapi, KPK menetapkan Luthfi sebagai tersangka bersama orang dekatnya, Ahmad Fathanah.
Keduanya diduga menerima pemberian hadiah atau janji dari PT Indoguna Utama terkait
kepengurusan tambahan kuota impor daging sapi untuk perusahaan itu. Dalam pengembangannya, KPK
menjerat Fathanah dan Luthfi dengan pasal tindak pidana pencucian uang (TPPU).
Dialog dengan kiai
Presiden PKS Anis Matta dan
rombongan DPP PKS berada di Madura dalam rangkaian safari silaturahim se-Jawa dan Indonesia
bagian timur. Dalam dialog yang dihadiri sekitar 300 kiai, habib, dan tokoh masyarakat se-Madura
itu, Anis menegaskan perlunya seluruh komponen umat Islam melupakan perbedaan kecil antara satu
dengan yang lain dan sebaiknya fokus pada persamaan pemikiran atas banyak hal.
"Mari kita melupakan perbedaan kecil dan fokus pada kerja-kerja besar kita bersama.
Kita semua di sini memiliki persamaan pandangan terhadap banyak hal. Ini perlu agar umat Islam
lebih menyatu dalam barisan yang besar dan kuat," katanya.
Anis
menegaskan, dunia Barat, khususnya di Amerika Serikat dan Eropa, dalam beberapa tahun belakangan
memiliki minat kuat untuk mengenal Islam yang sesungguhnya. Pada saat yang sama, menurut dia,
masyarakat Barat melihat Indonesia sebagai wajah Islam yang damai.
"Indonesia sekarang menjadi model sebab di tengah banyaknya mazhab dan keragaman etnis
maupun kelompok, kita tetap damai. Berbeda dengan saudara kita di belahan dunia lain yang justru
terus bertikai," ujar Anis.