Ketika Ibadah Haji Sebagai Terapi Bagi Jamaah - Pergi haji jika mampu. Kata “Mampu”tersebut bukan hanya dari segi ekonomi melainkan juga dari fisik dan mental yang dimiliki bagi setiap manusia.
Haji adalah ibadah gerak hampir semua ritual haji adalah gerak. Pada saat kita mengenakan ihram, kita sudah mulai bergerak dan gerakan tersebut semakin masif (padat) setelah wukuf di Arafah, ketika melontar jumrah atau thawaf ifadah kemudian sa’i haji dan lain sebagainya.
Ibadah Haji Sebagai Terapi Bagi Jamaah
Keseluruhannya menuntut kesiapan fisik yang prima, itu artinya kita harus siap segalanya terutama memiliki kondisi sehat ketika haji. Tapi banyak juga orang-orang yang melaksanakan haji dalam keadaan sakit tapi setelah mereka selesai ibadah haji kondisi mereka menjadi sehat.
Itu karena ketika melaksanakan ibadah haji mereka banyak bergerak, seluruh tulang, otot dan persendian berkerja dengan sempurna. Hari-hari menunggu wukuf biasanya kita isi dengan banyak thawaf dan shalat atau umrah.
Ibadah Haji Sebagai Terapi Sehat Jasmani Rohani
Ini membuat anggota tubuh selalu bergerak, karena mungkin saja selama di tanah air tubuh sangat jarang melakukan gerakan-gerakan. Walaupun begitu tidak boleh berangkat haji dengan niat untuk menyembuhkan penyakit melainkan karena Allah.
Niat haji tetap karena Allah, sebagaimana niat ibadah-ibadah yang lainnya. Kalau kemudian justru kondisi kita menjadi sehat itulah berkah yang Allah anugerahkan kepada kita yang melaksanakan ibadah haji.
Dari sekian banyak manusia yang diseru Nabi Ibrahim AS untuk berhaji, hanya kaum Muslim yang dapat memenuhinya. Karena memang hanya kaum Muslim yang memenuhi syarat untuk bisa berkunjung ke sana. Mereka mengesakan Allah, mereka tidak mengakui bahwasannya tiada tuhan selain Allah. Hanya Allah semata Tuhan yang Maha Esa. Baitullah terlarang bagi orang-orang yang musyrik dan tidak percaya adanya Allah Swt.
Haji Sebagai Ibadah umat Muslim
Kaum Muslim mengakui bahwa Nabi Muhammad adalah Rasul Allah yang terakhir, tidak ada nabi lagi selain beliau. Umat Muslim menunaikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan puasa, dan pergi haji seperti yang Allah perintahkan dengan mencontoh Nabi Muhammad Saw.
Setiap ibadah yang tercantum dalam rukun Islam (ada 5) memungkinkan kita untuk menerapi diri. Menghilangkan penyakit dari lubuk hati. Membaca 2 kalimat Syahadat adalah pembebasan manusia dari perbudakan dan ikatan yang bisa mewujudkan keadailan.
Shalat adalah hubungan vertikal yang paling mesra antara makhluk dengan sang khaliknya yang akan membentuk keindahan perilaku, toleransi dan saling menghargai.
Zakat adalah bentuk empati nyata bagi sesama manusia, bahwa hidup itu perlu berbagi agar tercipta kesejahterahan bersama.
Puasa adalah sebuah pengendalian diri untuk menciptakan khairu ummah, umat terbaik di muka bumi yang berdasarkan perdamaian.
Ibadah Haji sebagai tujuan menuju Allah
Dan haji adalah pertemuan internasional individu-individu yang menghargai perbedaan tapi meleburkan diri menjadi satu untuk menuju Allah dalam sebuah persamaan. Sama-sama hamba Allah. Tidak perlu saling menjatuhkan melainkan menebar kasih sayang terhadap sesama.
Dari Allah semua akan kembali ke Allah juga, sebuah siklus kehidupan yang tidak ada tandingannya. Orang yang menghayati siklus model seperti ini pastilah psikisnya sehat. Sehat psikisnya berdampak pada perilakunya. Sehat perilaku pada gilirannya juga membuat sehat fisik.
Insya Allah, bayangkan apabila seluruh saudara kita di Indonesia bisa menunaikan ibadah haji mendapatkan penghayatan dari hasil ibadahnya itu, tentu kita akan berjumpa dengan saudara-saudara seiman yang sejuk kata-kata dan santun perilakunya dan akhlaknya dan menjadi haji mabrur.