Setiap jamaah yang berangkat umroh atau haji khusus Call/Wa. 08111-34-1212 pasti menginginkan perjalanan ibadah haji plus atau umrohnya bisa terlaksana dengan lancar, nyaman dan aman sehingga menjadi mabrur. Demi mewujudkan kami sangat memahami keinginan para jamaah sehingga merancang program haji onh plus dan umroh dengan tepat. Jika anda ingin melaksanakan Umrah dan Haji dengan tidak dihantui rasa was-was dan serta ketidakpastian, maka Alhijaz Indowisata Travel adalah solusi sebagai biro perjalanan anda yang terbaik dan terpercaya.?agenda umroh 12 hari
Biro Perjalanan Haji dan Umrah yang memfokuskan diri sebagai biro perjalanan yang bisa menjadi sahabat perjalanan ibadah Anda, yang sudah sangat berpengalaman dan dipercaya sejak tahun 2010, mengantarkan tamu Allah minimal 5 kali dalam sebulan ke tanah suci tanpa ada permasalahan. Paket yang tersedia sangat beragam mulai paket umroh 9 hari, 12 hari, umroh wisata muslim turki, dubai, aqso. Biaya umroh murah yang sudah menggunakan rupiah sehingga jamaah tidak perlu repot dengan nilai tukar kurs asing. travel haji yang bagus di jakarta
Bekasi, Saco-Indonesia.com - Selama ini kebiasaan menonton televisi dikaitkan dengan banyak penyakit, mulai dari obesitas hingga penyakit mata. Namun baru-baru ini peneliti juga mengungkap bahwa terlalu sering menonton televisi juga bisa merusak otak anak-anak. Peneliti menemukan bahwa menonton televisi bisa mengubah struktur otak anak dan secara perlahan merusaknya.
Lebih sering anak menonton televisi dan dalam waktu yang lama, maka lebih banyak pula perubahan struktur yang terjadi pada otak mereka. Hasil ini ditemukan setelah peneliti Jepang mengamati 276 anak berusia lima sampai 18 tahun yang menghabiskan hingga empat jam sehari di depan televisi. Anak-anak tersebut rata-rata menghabiskan waktu dua jam setiap hari.
Scan MRI pada otak menunjukkan bahwa anak yang menghabiskan lebih banyak waktu menonton televisi memiliki bagian abu-abu di otak bagian frontopolar cortex mereka. Bertambahnya bagian abu-abu berkaitan dengan menurunnya kemampuan verbal anak dan tingkat kecerdasan mereka, ungkap peneliti dari Tohoku University di Sendai, seperti dilansir oleh Daily Mail (10/01).
Peneliti menjelaskan bahwa sebelumnya efek menonton televisi pada otak anak-anak belum pernah diteliti. Mereka menekankan bahwa menonton televisi berkaitan dengan perkembangan saraf pengetahuan pada otak anak. Orang tua sebaiknya mengawasi jumlah waktu yang dihabiskan anak mereka di depan televisi.
Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Cerebral Cortex ini menekankan kaitan antara menonton televisi dengan perubahan struktur pada otak anak. Sayangnya mereka tak melakukan penelitian terhadap efek kegiatan lain pada otak, seperti membaca buku, berolahraga, atau bersosialisasi dengan teman.
Sumber:Merdeka.com
Editor : Maulana Lee
Kalau Terlalu banyak nonton TV bisa merusak otak anak!
WASHINGTON — During a training course on defending against knife attacks, a young Salt Lake City police officer asked a question: “How close can somebody get to me before I’m justified in using deadly force?”
Dennis Tueller, the instructor in that class more than three decades ago, decided to find out. In the fall of 1982, he performed a rudimentary series of tests and concluded that an armed attacker who bolted toward an officer could clear 21 feet in the time it took most officers to draw, aim and fire their weapon.
The next spring, Mr. Tueller published his findings in SWAT magazine and transformed police training in the United States. The “21-foot rule” became dogma. It has been taught in police academies around the country, accepted by courts and cited by officers to justify countless shootings, including recent episodes involving a homeless woodcarver in Seattle and a schizophrenic woman in San Francisco.
Now, amid the largest national debate over policing since the 1991 beating of Rodney King in Los Angeles, a small but vocal set of law enforcement officials are calling for a rethinking of the 21-foot rule and other axioms that have emphasized how to use force, not how to avoid it. Several big-city police departments are already re-examining when officers should chase people or draw their guns and when they should back away, wait or try to defuse the situation
Police Rethink Long Tradition on Using Force