Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada
6.200 pria dan wanita berusia 44 - 48 tahun, mereka menemukan bahwa kebiasaan merokok adalah
salah satu faktor penting yang bisa mempengaruhi kesehatan jantung dan risiko kematian.
Roger Blumental, seorang peneliti senior menjelaskan bahwa menghindari kebiasaan merokok
bisa membuat risiko kematian seseorang turun 7,6 persen. Angka ini bahkan lebih rendah jika
dibandingkan dengan orang yang mengalami obesitas. Sebaliknya, kebiasaan merokok juga bisa
meningkatkan risiko kematian melebihi orang yang mengalami obesitas.
Dalam
penelitian selama 7,6 tahun ini, peneliti menemukan empat kebiasaan dalam gaya hidup sehat yang
sebaiknya dilakukan oleh orang untuk menghindari penyakit jantung dan menurunkan risiko kematian,
seperti dilansir oleh Third Age (05/06).
Empat kebiasaan baik tersebut
antara lain berolahraga, menjaga berat badan, melakukan diet sehat, serta menghindari kebiasaan
merokok. KEempat gaya hidup sehat ini bisa melindungi seseorang dari penyakit jantung koroner,
serta mengurangi risiko kematian.
"Dalam pengetahuan kami, ini adalah
penelitian pertama yang menemukan kaitan antara gaya hidup dengan penurunan risiko penyakit
jantung dan kematian," ungkap Haitham Ahmed, ketua peneliti.
Orang yang
melakukan empat gaya hidup sehat tersebut diketahui bisa menurunkan risiko kematian hingga 80
persen dibandingkan dengan orang yang tak melakukan empat kebiasaan tersebut.
KATHMANDU, Nepal — When the dense pillar of smoke from cremations by the Bagmati River was thinning late last week, the bodies were all coming from Gongabu, a common stopover for Nepali migrant workers headed overseas, and they were all of young men.
Hindu custom dictates that funeral pyres should be lighted by the oldest son of the deceased, but these men were too young to have sons, so they were burned by their brothers or fathers. Sukla Lal, a maize farmer, made a 14-hour journey by bus to retrieve the body of his 19-year-old son, who had been on his way to the Persian Gulf to work as a laborer.
“He wanted to live in the countryside, but he was compelled to leave by poverty,” Mr. Lal said, gazing ahead steadily as his son’s remains smoldered. “He told me, ‘You can live on your land, and I will come up with money, and we will have a happy family.’ ”
Weeks will pass before the authorities can give a complete accounting of who died in the April 25 earthquake, but it is already clear that Nepal cannot afford the losses. The countryside was largely stripped of its healthy young men even before the quake, as they migrated in great waves — 1,500 a day by some estimates — to work as laborers in India, Malaysia or one of the gulf nations, leaving many small communities populated only by elderly parents, women and children. Economists say that at some times of the year, one-quarter of Nepal’s population is working outside the country.