Setiap jamaah yang berangkat umroh atau haji khusus Call/Wa. 08111-34-1212 pasti menginginkan perjalanan ibadah haji plus atau umrohnya bisa terlaksana dengan lancar, nyaman dan aman sehingga menjadi mabrur. Demi mewujudkan kami sangat memahami keinginan para jamaah sehingga merancang program haji onh plus dan umroh dengan tepat. Jika anda ingin melaksanakan Umrah dan Haji dengan tidak dihantui rasa was-was dan serta ketidakpastian, maka Alhijaz Indowisata Travel adalah solusi sebagai biro perjalanan anda yang terbaik dan terpercaya.?agenda umroh 12 hari
Biro Perjalanan Haji dan Umrah yang memfokuskan diri sebagai biro perjalanan yang bisa menjadi sahabat perjalanan ibadah Anda, yang sudah sangat berpengalaman dan dipercaya sejak tahun 2010, mengantarkan tamu Allah minimal 5 kali dalam sebulan ke tanah suci tanpa ada permasalahan. Paket yang tersedia sangat beragam mulai paket umroh 9 hari, 12 hari, umroh wisata muslim turki, dubai, aqso. Biaya umroh murah yang sudah menggunakan rupiah sehingga jamaah tidak perlu repot dengan nilai tukar kurs asing. paket umroh akhir ramadhan di Lebak
HADITS - HADITS TENTANG BERPUASA DI BULAN RAJAB
HADITS - HADITS TENTANG BERPUASA DI BULAN RAJAB
Oleh: Ust.
Farid Nu'man
Islamedia - Beberapa hari ini, kami mendapatkan beberapa
pertanyaan tentang banyaknya beredarnya SMS dan BBM (Blackberry
Messanger) yang menyebutkan keutamaan berpuasa pada bulan Rajab, dengan fadhilah yang
“wow” dan bombastis. Sayangnya SMS dan BBM tersebut tidak menyebutkan sumber nukilan
dari mana hadits-hadits itu berasal. Pertanyaan ini, selalu berulang dari tahun ke tahun, tahun
lalu … tahun lalu … terus begitu, kami mendapatkan pertanyaan serupa setiap
menjelang atau awal bulan Rajab.
Berikut ini akan kami paparkan perkataan para
Imam tentang hadits-hadits keutamaan puasa pada bulan Rajab. Semoga ini bisa diambil manfaatnya
bagi siapa saja yang objektif dan mau menerima kebenaran.
* * *
1. Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqalani Rahimahullah mengatakan:
قال ابن حجر : لم
يرد في فضله، ولا
في صيامه، ولا في
صيام شئ منه
معين، ولا في
قيام ليلة
مخصوصة منه،
حديث صحيح يصلح
للحجة.
“Tidak ada hadits yang menyebutkan
keutamaannya, tidak pula keutamaan puasanya, tidak ada puasa khusus pada Rajab, tidak juga
shalat malam secara khusus, dan hadits shahih lebih utama dijadikan hujjah (dalil).”[1]
Imam Ibnu Hajar juga berkata dalam Kitab Tabyinul ‘Ajab, sebagaimana
dikutip oleh Imam Abdul Hay Al Luknawi:
أما
الأحاديث
الواردة في فضل
رجب أو صيامه أو
صيام شيء منه فهي
على قسمين ضعيفة
وموضوعة
“Adapun hadits-hadits
yang ada tentang keutamaan Rajab atau puasanya atau sedikit puasa pada bulan Rajab, terdiri atas
dua bagian; yaitu dhaif (lemah) dan maudhu’ (palsu).”[2]
2.
Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah berkata:
وصيام
رجب، ليس له فضل
زائد على غيره من
الشهور، إلا أنه
من الاشهر الحرم.
ولم يرد في السنة
الصحيحة: أن
للصيام فيه
فضيلة بخصوصه،
وأن ما جاء في ذلك
مما لا ينتهض
للاحتجاج به
Puasa
Rajab, tidak memiliki kelebihan apa pun dibanding bulan-bulan lainnya, hanya saja dia termasuk
bulan-bulan haram. Tidak ada dalam sunah yang shahih tentang bahwa puasa pada bulan tersebut
memiliki keutamaan khusus, ada pun riwayat yang ada menyebutkan tentang hal itu tidak kuat
dijadikan sebagai hujjah.[3]
3. Imam Al Munawi Rahimahullah berkata:
بل عامة
الأحاديث
المأثورة فيه عن
النبي صلى الله
عليه وسلم كذب
“Bahkan Umumnya hadits-hadits tentang keutamaan Rajab adalah dusta.”[4]
Sebagai contoh:
“Sesungguhnya di surga ada sungai bernama
Rajab, airnya lebih putih dari susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa yang berpuasa
Rajab satu hari saja, maka Allah akan memberikannya minum dari sungai itu.”[5]
“Ada lima malam yang doa tidak akan ditolak: awal malam pada bulan Rajab, malam nishfu
sya’ban, malam Jumat, malam idul fitri, dan malam hari raya qurban.”[6]
“Rajab adalah bulannya Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan
umatku.”[7]
“Dinamakan Rajab karena di dalamnya banyak kebaikan yang
diagungkan (yatarajjaba) bagi Sya’ban dan Ramadhan.”[8]
Dan masih
banyak lagi yang lainnya, seperti shalat raghaib (12 rakaat) pada hari kamis ba’da maghrib
di bulan Rajab (Ini ada dalam kitab Ihya Ulumuddin-nya Imam Al Ghazali). Segenap ulama seperti
Imam An Nawawi mengatakan ini adalah bid’ah yang buruk dan munkar, juga Imam Ibnu
Taimiyah, Imam Ibnu Nuhas, dan lainnya mengatakan hal serupa).
Imam An Nawawi
juga menyebut tidak ada yang shahih tentang puasa Rajab dan keutamannya, seperti yang akan nanti
kami kutipkan.
Sekedar Ingin Berpuasa Di Bulan Rajab? Boleh!
Walau demikian, tidak berarti kelemahan semua riwayat ini menunjukkan larangan ibadah-ibadah
secara global. Melakukan puasa, sedekah, memotong hewan untuk sedekah, dan amal shalih lainnya
adalah perbuatan mulia dan dianjurkan, kapan pun dilaksanakannya termasuk bulan Rajab (kecuali
puasa pada hari-hari terlarang puasa).
Tidak mengapa puasa pada bulan Rajab,
seperti puasa senin kamis dan ayyamul bidh(tanggal 13,14,15 bulan hijriah), sebab ini semua
memiliki perintah secara umum dalam syariat. Tidak mengapa sekedar memotong hewan untuk
disedekahkan, yang keliru adalah meyakini dan MENGKHUSUSKAN ibadah-ibadah ini dengan fadhilah
tertentu yang hanya bisa diraih di bulan Rajab, dan tidak pada bulan lainnya. Jika seperti ini,
maka membutuhkan dalil shahih yang khusus, baik Al Quran atau As Sunnah yang shahih.
“Tidak ada
yang shahih tentang larangan berpuasa pada bulan Rajab, dan tidak shahih pula mengkhususkan
puasa pada bulan tersebut, tetapi pada dasarnya berpuasa memang hal yang disunahkan. Terdapat
dalam Sunan Abu Daud bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallammenganjurkan berpuasa
pada asyhurul hurum (bulan-bulan haram), dan Rajab termasuk asyhurul hurum. Wallahu
A’lam.[9]
Dari Mujibah Al Bahili, dari ayahnya, atau pamannya, bahwasanya dia memdatangi Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu dia pergi. Kemudian mendatangi lagi setelah satu tahun
lamanya, dan dia telah mengalami perubahan baik keadaan dan penampilannya. Dia berkata:
“Wahai Rasulullah, apakah kau mengenali aku?” Nabi bertanya: “Siapa kamu?
” Al Bahili menjawab: “Saya Al Bahili yang datang kepadamu setahun lalu.” Nabi
bertanya:: “Apa yang membuatmu berubah, dahulu kamu terlihat baik-baik saja?” Al
Bahili menjawab: “Sejak berpisah denganmu, saya tidak makan kecuali hanya malam.”
Bersabda Rasulullah: “Kanapa kamu siksa dirimu?”, lalu bersabda lagi:
“Puasalah pada bulan kesaabaran, dan sehari pada tiap bulannya.” Al Bahili
berkata: “Tambahkan, karena saya masih punya kekuatan.” Beliau bersabda:
“Puasalah dua hari.” Beliau berakata: “Tambahkan.” Beliau bersabda:
“Puasalah tiga hari.” Al Bahili berkata: “Tambahkan untukku.” Nabi
bersabda: “Puasalah pada bulan-bulan haram, dan tinggalkanlah (sebagiannya), Puasalah pada
bulan-bulan haram, dan tinggalkanlah (sebagiannya), Puasalah pada bulan-bulan haram, dan
tinggalkanlah (sebagiannya). Beliau berkata dengan tiga jari hemarinya, lalu menggenggamnya
kemudian dilepaskannya. [10]
Wallahu A’lam
[1]
Dikutip oleh Syaikh Sayyid Sabiq dalam Fiqhus Sunnah, 1/453
[2] Al Atsar Al
Marfu’ah fil Akhbar Al Maudhu’ah, hal. 59
[3] Fiqhus Sunnah,
1/453
[4] Faidhul Qadir, 4/24
[5] Status hadits: batil.
Lihat As Silsilah Adh Dhaifah No. 1898. Imam Ibnul Jauzi mengatakan: tidak shahih. Imam Adz
Dzahabi mengatakan: batil. Lihat Syaikh Muhammad bin Darwisy bin Muhammad, Asnal Mathalib, Hal.
86
[6] Status hadits: Maudhu’(palsu). As Silsilah Adh Dhaifah No. 1452.
Lihat juga Syaikh Khalid bin Sa’ifan, Ma Yatanaaqaluhu Al ‘Awwam mimma Huwa Mansuub
li Khairil Anam, Hal. 14
[7] Status hadits: Dhaif (lemah). Lihat As Silsilah
Adh Dhaifah No. 4400. Imam Al Munawi mengutip dari Imam Zainuddin Al ‘Iraqi mengatakan:
dhaif jiddan – sangat lemah. LihatFaidhul Qadir, 4/24
[8] Status
hadits: Maudhu’ (palsu). As Silsilah Adh Dhaifah No. 3708. Lihat juga Imam As Suyuthi, Al
Jami’ Ash Shaghir No. 4718
[9] Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 8/39
[10] HR. Abu Daud No. 2428, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 8209, juga
Syu’abul Iman No. 3738. Syaikh Sayyid Sabiq mengatakan: sanadnya jayyid. Lihat Fiqhus
Sunnah, 1/453. Namun Syaikh Al Albani mendhaifkan dalam berbagai kitabnya, seperti Dhaif Abi
Daud, Tahqiq Riyadhish Shalihin, dan lain-lain
GREENWICH, Conn. — Mago is in the bedroom. You can go in.
The big man lies on a hospital bed with his bare feet scraping its bottom rail. His head is propped on a scarlet pillow, the left temple dented, the right side paralyzed. His dark hair is kept just long enough to conceal the scars.
The occasional sounds he makes are understood only by his wife, but he still has that punctuating left hand. In slow motion, the fingers curl and close. A thumbs-up greeting.
Hello, Mago.
This is Magomed Abdusalamov, 34, also known as the Russian Tyson, also known as Mago. He is a former heavyweight boxer who scored four knockouts and 14 technical knockouts in his first 18 professional fights. He preferred to stand between rounds. Sitting conveyed weakness.
But Mago lost his 19th fight, his big chance, at the packed Theater at Madison Square Garden in November 2013. His 19th decision, and his last.
Now here he is, in a small bedroom in a working-class neighborhood in Greenwich, in a modest house his family rents cheap from a devoted friend. The air-pressure machine for his mattress hums like an expectant crowd.
Photo
Mike Perez, left, and Magomed Abdusalamov during the fight in which Abdusalamov was injured.Credit Joe Camporeale/USA Today Sports, via Reuters
Today is like any other day, except for those days when he is hurried in crisis to the hospital. Every three hours during the night, his slight wife, Bakanay, 28, has risen to turn his 6-foot-3 body — 210 pounds of dead weight. It has to be done. Infections of the gaping bedsore above his tailbone have nearly killed him.
Then, with the help of a young caretaker, Baka has gotten two of their daughters off to elementary school and settled down the toddler. Yes, Mago and Baka are blessed with all girls, but they had also hoped for a son someday.
They feed Mago as they clean him; it’s easier that way. For breakfast, which comes with a side of crushed antiseizure pills, he likes oatmeal with a squirt of Hershey’s chocolate syrup. But even oatmeal must be puréed and fed to him by spoon.
He opens his mouth to indicate more, the way a baby does. But his paralysis has made everything a choking hazard. His water needs a stirring of powdered food thickener, and still he chokes — eh-eh-eh — as he tries to cough up what will not go down.
Advertisement
Mago used to drink only water. No alcohol. Not even soda. A sip of juice would be as far as he dared. Now even water betrays him.
With the caretaker’s help, Baka uses a washcloth and soap to clean his body and shampoo his hair. How handsome still, she has thought. Sometimes, in the night, she leaves the bedroom to watch old videos, just to hear again his voice in the fullness of life. She cries, wipes her eyes and returns, feigning happiness. Mago must never see her sad.
Photo
Abdusalamov's hand being massaged.Credit Ángel Franco/The New York Times
When Baka finishes, Mago is cleanshaven and fresh down to his trimmed and filed toenails. “I want him to look good,” she says.
Theirs was an arranged Muslim marriage in Makhachkala, in the Russian republic of Dagestan. He was 23, she was 18 and their future hinged on boxing. Sometimes they would shadowbox in love, her David to his Goliath. You are so strong, he would tell her.
His father once told him he could either be a bandit or an athlete, but if he chose banditry, “I will kill you.” This paternal advice, Mago later told The Ventura County Reporter, “made it a very easy decision for me.”
Mago won against mediocre competition, in Moscow and Hollywood, Fla., in Las Vegas and Johnstown, Pa. He was knocked down only once, and even then, it surprised more than hurt. He scored a technical knockout in the next round.
It all led up to this: the undercard at the Garden, Mike Perez vs. Magomed Abdusalamov, 10 rounds, on HBO. A win, he believed, would improve his chances of taking on the heavyweight champion Wladimir Klitschko, who sat in the crowd of 4,600 with his fiancée, the actress Hayden Panettiere, watching.
Wearing black-and-red trunks and a green mouth guard, Mago went to work. But in the first round, a hard forearm to his left cheek rocked him. At the bell, he returned to his corner, and this time, he sat down. “I think it’s broken,” he repeatedly said in Russian.
Photo
Bakanay Abdusalamova, Abdusalamov's wife, and her injured husband and a masseur in the background.Credit Ángel Franco/The New York Times
Maybe at that point, somebody — the referee, the ringside doctors, his handlers — should have stopped the fight, under a guiding principle: better one punch too early than one punch too late. But the bloody trade of blows continued into the seventh, eighth, ninth, a hand and orbital bone broken, his face transforming.
Meanwhile, in the family’s apartment in Miami, Baka forced herself to watch the broadcast. She could see it in his swollen eyes. Something was off.
After the final round, Perez raised his tattooed arms in victory, and Mago wandered off in a fog. He had taken 312 punches in about 40 minutes, for a purse of $40,000.
In the locker room, doctors sutured a cut above Mago’s left eye and tested his cognitive abilities. He did not do well. The ambulance that waits in expectation at every fight was not summoned by boxing officials.
Blood was pooling in Mago’s cranial cavity as he left the Garden. He vomited on the pavement while his handlers flagged a taxi to St. Luke’s-Roosevelt Hospital. There, doctors induced a coma and removed part of his skull to drain fluids and ease the swelling.
Then came the stroke.
Photo
A championship belt belonging to Abdusalamov and a card from one of his daughters.Credit Ángel Franco/The New York Times
It is lunchtime now, and the aroma of puréed beef and potatoes lingers. So do the questions.
How will Mago and Baka pay the $2 million in medical bills they owe? What if their friend can no longer offer them this home? Will they win their lawsuits against the five ringside doctors, the referee, and a New York State boxing inspector? What about Mago’s future care?
Most of all: Is this it?
A napkin rests on Mago’s chest. As another spoonful of mush approaches, he opens his mouth, half-swallows, chokes, and coughs until it clears. Eh-eh-eh. Sometimes he turns bluish, but Baka never shows fear. Always happy for Mago.
Some days he is wheeled out for physical therapy or speech therapy. Today, two massage therapists come to knead his half-limp body like a pair of skilled corner men.
Soon, Mago will doze. Then his three daughters, ages 2, 6 and 9, will descend upon him to talk of their day. Not long ago, the oldest lugged his championship belt to school for a proud show-and-tell moment. Her classmates were amazed at the weight of it.
Then, tonight, there will be more puréed food and pulverized medication, more coughing, and more tender care from his wife, before sleep comes.
Goodbye, Mago.
He half-smiles, raises his one good hand, and forms a fist.